Jumat 13 Oct 2017 08:29 WIB

Sering Bicara Dalam Tidur? Ini Pemicunya

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Elba Damhuri
Perempuan tidur. Ilustrasi
Foto: Health
Perempuan tidur. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Bicara dalam tidur atau somniloquy merupakan salah satu dari beragam jenis gangguan parasomina. Studi menunjukkan bahwa gangguan bicara dalam tidur lebih banyak dialami oleh laki-laki dibandingkan pemerempuan.

"Berdasarkan pengalaman saya, (bicara dalam tidur) bisa berkaitan dengan sistem saraf yang terlalu banyak mendapat rangsangan (overstimulasi)," ungkap terapis tidur Dr Nerina Ramlakhan, seperti dilansir Guardian.

Salah satu penyebab overstimulasi pada sistem saraf adalah penggunaan tekonologi yang terlalu banyak sebelum tidur. Hal lain yang juga dapat menyebabkan overstimulasi pada sistem saraf adalah konsumsi terlalu banyak kafein.

Ramlakhan mengatakan perilaku-perilaku tersebut umumnya ditemukan pada orang-orang yang terlalu 'kera' pada diri sendiri. Mereka memiliki kecenderungan perfeksionis sehingga seringkali enggan mengungkapkan apa yang mereka ingin katakan.

"Ketika mereka tidur, kata-kata itu tanpa sengaja terucap saat tidur," lanjut Ramlakhan.

Mmntan Direktur Pusat Penelitian Tidur dari Loughborugh University Profesor Jim Horneke mengatakan kecenderungan bicara dalam tidur lebih sering ditemukan pada anak-anak. Kecenderungan ini akan semakin berkurang seiring dengan bertambah dewasanya anak tersebut. Di sisi lain, Horne juga menilai faktor genetik, kecemasan dan stres dapat memicu terjadinya kecenderungan bicara dalam tidur.

Meski kata-kata yang dilontarkan saat tidur berkaitan dengan kejadian tertentu, bukan berarti kalimat yang dilontarkan saat tidur bisa dipercaya. Sebaliknya, mengatakan kalimat-kalimat yang dilontarkan saat tidur tak perlu ditanggapi dengan serius.

"Bicara dalam tidur tidak berkaitan dengan mimpi tapi berkaitan dengan (tingkatan) tidur yang ringan," jelas Horne.

Horne mengatakan kecenderungan bicara dalam tidur patut mendapat perhatian lebih jika terjadi secara persisten pada seseorang. Jika hal ini terjadi secara persisten, kemungkinan orang yang bersangkutan sedang memiliki kecemasan.

"Merupakan ide yang bagus untuk mengetahui apa yang merisaukan mereka," kata Horne.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement