Rabu 11 Oct 2017 18:04 WIB

Saat John Lennon Bikin Gerah Presiden Nixon

Rep: Taufiq Alamsyah Nanda/ Red: Yudha Manggala P Putra
John Lennon (kanan) dan Yoko Ono (kiri).
Foto: NPR.org
John Lennon (kanan) dan Yoko Ono (kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri The Beatles John Lennon tak hanya dikenal sebagai penyanyi dan komposer legendaris. Ia juga dikenal sebagai aktivis anti-peperangan pada era Perang Vietnam. Gerakan menyuarakan perdamaiannya pada 1960an hingga awal 1970-an sempat bikin gerah Presiden Richard Nixon.

Meskipun di bawah Amandemen Pertama, pergerakan yang digalang oleh Lennon dilegalkan, beberapa anggota parlemen dari partai Partai Republik mulai khawatir aktivitas John Lennon semakin menggerus suara Presiden Richard Nixon pada pemilu selanjutnya.

Itulah sebabnya Presiden Nixon dan Senator Partai Republik Strom Thurmond menganggapnya sebagai musuh nomor satu. Pada bulan Februari 1972, Strom Thurmond menyarankan untuk mencabut visa John Lennon dan mendeportasinya.

Gore Vidal, seorang penulis Amerika yang terkenal menyatakan dalam film dokumenter The U.S. versus John Lennon : "Siapa saja yang bernyanyi tentang cinta dan harmoni akan berbahaya bagi seseorang yang bernyanyi tentang kematian dan pembunuhan."

Setelah menikah dengan Yoko Ono pada tanggal 20 Maret 1969, John Lennon dan istrinya memulai kampanye mereka untuk mempromosikan perdamaian melalui berbagai kegiatan. Yakni penggalangan dana, menghadiri demonstrasi politik dan menyusun lagu-lagu antiperang.

"Kami memutuskan bahwa jika kita menikah, kita akan mendedikasikannya untuk perdamaian," ujar John Lennon dalam wawancara dengan majalah Rolling Stone pada 1971. John dan Yoko menyadari bahwa pernikahan mereka akan diliput oleh media dari seluruh dunia. Maka mereka memanfaatkan momentum bulan madu mereka sebagai medium kampanye anti-perang melalui kegiatan 'Bed-In for Peace'.

Pertama mereka memulai di Hotel Hilton Amsterdam. Selanjutnya di Hotel Queen Elizabeth di Montreal pada tanggal 26 Mei 1969. Selama seminggu penuh, mereka mengundang pers dengan tetap bertahan di tempat tidur. Mengabaikan semua cemoohan dan berdiskusi tentang perdamaian dunia.

"Siapa saja bisa menumbuhkan rambut untuk perdamaian, berlibur selama seminggu untuk perdamaian atau hanya sekedar duduk untuk perdamaian. Karena bagaimanapun, kampanye tentang perdamaian harus dilakukan dengan cara yang damai," ujarnya ujar John di dalam album pernikahnnya, menjelaskan tentang kegiatan tersebut.

Selama di Montreal, ketika ditanya tentang tujuan kegiatannya, John Lennon menjawab "apapun yang bisa kita katakan hanyalah perdamaian," seperti lirik lagunya. Saat itulah lagu "Give Peace a Chance" disusun. Menurut John, perannya sebagai seniman di masyarakat adalah mencoba mengekspresikan perasaan mereka tapi tidak memaksakan orang untuk merasakan hal yang sama.

Lagu "Give Peace a Chance" pun meledak di masyarakat. Lagu ini menempati urutan kedua dalam tangga lagu di Inggris dan masuk ke dalam 100 lagu terpopuler di Amerika Serikat. Selain itu, juga menjadi lagu anthem untuk menentang perang Vietnam.

John Lennon selalu mengatakan bahwa dirinya terharu ketika mengenang momen setengah juta orang menyanyikan lagu tersebut berulang-ulang selama Hari Moratorium Perang Vietnam di Washington, DC. Menyusul lagu tersebut, album "Imagine" direkam dan dirilis pada bulan Oktober 1971.

Dalam Imagine, John menyampaikan pesan agar dunia hidup dalam kesatuan umat manusia. Majalah musik Rolling Stone memuji lagu 'Imagine' sebagai hadiah musik terbesar John untuk dunia.

sumber : Berbagai sumber
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement