REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Saat ini, tidak hanya perempuan yang memutuskan untuk menunda memiliki anak, namun begitu pun dengan kaum pria. Anggapan ini berdasarkan adanya tren perubahan rata-rata usia ayah, menjadi lebih tua. Sebuah studi di jurnal Human Reproduction menyebut, rata-rata usia seorang ayah di Amerika Serikat meningkat dalam tiga setengah dekade terakhir.
Pada 1974, rata-rata usia seorang pria menjadi ayah adalah pada saat berusia 27,4 tahun. Namun, pada 2015, angka ini meningkat menjadi 30,9 tahun. Pada periode yang sama, prosentase jumlah pria yang baru memiliki anak pada usia 40 tahun meningkat dua kali lipat, dari 4,1 persen menjadi 8,9 persen.
Sedangkan prosentase pria di atas usia 50 tahun juga meningkat dari 0,5 persen menjadi 0,9 persen. Data ini dihimpun dari data kelahiran bayi yang dilaporkan ke Pemerintah Amerika Serikat, dalam rentang waktu 1975 hingga 2015, yang berjumlah sekitar 169 juta kelahiran bayi.
Berdasarkan etnis dan latar belakang budaya, pria peranakan Jepang-Amerika dan Vietnam-Amerika menjadi pria tertua yang baru memiliki anak, berkisar pada usia 36 tahun. Sementara dari aspek latar belakang pendidikan, pria dengan pendidikan lebih tinggi tercatat juga baru memiliki anak pada usia yang lebih tua. Rata-rata pria lulusan universitas mempunyai anak saat memasuki umur 33,3 tahun.
Studi tersebut juga mengungkapkan, usia termuda seorang ayah di Amerika Serikat berusia 11 tahun, sedangkan yang tertua 88 tahun. Studi ini diharapkan bisa memotret sisi lain dari perubahan rata-rata usia seseorang untuk memutuskan mempunyai anak. Saat ini, sudah banyak penelitian yang menganalisa dari aspek perempuan, namun belum banyak yang melihatnya dari sisi pria.
Menurut asisten profesor dari Universitas Stanford, Michael Eisenberg, tren peningkatan rata-rata usia seorang ayah sebenarnya memiliki dampak kepada masyarakat dan kesehatan publik. Eisenberg menilai, ada sisi positif dan negatif dari perubahan tren tersebut.
''Di sisi positif, pria tersebut bisa memiliki waktu lebih lama untuk pendidikan dan karier yang lebih mapan. Alhasil, mereka memiliki sumber daya dan kemampuan untuk membesarkan seorang anak dengan baik,'' tutur Eisenberg seperti dikutip Time, Selasa (2/10).
Namun, di sisi lain, keputusan seorang pria untuk menunda memiliki anak ternyata mempunyai dampak pada kesehatan publik. Setiap tahun, setidaknya ada dua mutasi genetik yang terjadi dalam susunan DNA sperma pria. Sejumlah studi memaparkan, ada hubungan antara usia seorang ayah dengan kondisi kesehatan anak mereka, yang beresiko lebih tinggi mengalami autisme, penyakit mental, kanker, serta masalah genetis lainnya.
Selain itu, perempuan yang menikah dengan pria yang lebih tua memiliki resiko keguguran yang lebih besar. ''Ini semua bukan lagi masalah individu, tetapi sudah menjadi masalah populasi. Saya selalu mengatakan ini kepada pasien saya, ini seperti membeli dua tiket lotere, peluangnya lebih besar. Tapi masih ada kemungkinan, kondisi seperti itu tidak terjadi,'' kata Eisenberg.
Eisenberg menambahkan, alasan utama seorang pria menunda memiliki anak biasanya sama dengan alasan perempuan menunda kehamilannya. Alasan-alasan tersebut antara lain, program terkait kontrasepsi telah menyebar luas, sejumlah kehamilan yang tidak diinginkan, dan alasan mengejar karier yang lebih mapan terlebih dahulu sebelum memiliki anak.