Rabu 26 Jul 2017 08:12 WIB

Melancong ke Curug Parigi, Niagaranya Bekasi yang Tersohor di Medsos

Pemandangan Curug Parigi di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Curug yang mirip dengan air terjun Niagara di Amerika Serikat ini tersohor di media sosial.
Foto:
Pemandangan Curug Parigi di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Curug yang mirip dengan air terjun Niagara di Amerika Serikat ini tersohor di media sosial.

Saya sempat beristirahat di sebuah warung milik Wartini. Perempuan berusia 50 tahun itu sudah berjualan di sekitar curug sejak 2016. Pengunjung, kata dia, banyak berdatangan pada akhir pekan dan didominasi dari luar Bantar Gebang. Dia menjelaskan, warna air curug parigi memang akan berubah mengikuti cuaca. Menurut dia, saat musim hujan warna air cenderung keruh, namun saat kemarau air cenderung bening terlebih pada pagi hari.

“Kadang bening, kadang keruh Neng. Kadang limbah sama sampah juga keliatan kebawa ke sini. Soalnya kan di bantaran kali banyak pabrik,” kata dia.

Ia berkata, sampah tersebut adalah berasal dari Bogor yang terbawa arus sungai. Sebenarnya, Dinas Kebersihan Kota Bekasi sempat membersihkan Curug Parigi, namun hingga kini tidak pernah terlihat lagi petugas yang membersihkan kali. “Dulu sempet diangkat sampahnya dua kali, tapi udah engga lagi sekarang,” kata dia.

Awalnya, jalan ke Curug Parigi sangat sulit. Sehingga warga setempat berinisiatif membuat jalan setapak untuk mempermudah akses ke air terjun. “Ini (tangga) pedagang yang pada buat, supaya pengunjung gampang naik turun curug,” kata Wartini.

Gota, warga Parigi yang datang ke warung Wartini menjelaskan asal mula terbentuknya Curug Parigi. Pria berusia sekitar 68 tahun ini menjelaskan, Curug Parigi adalah bentukan dari galian batu untuk Jalan Raya Narogong. Dia menuturkan, dahulu sekali saat Jalan Raya Narogong baru akan dibangun, Dinas Bina Marga mengambil batu yang berasal dari air terjun ini.

Bukit batu yang besar berusaha dihancurkan dengan menggunakan alat berat, namun keseluruhan bukit batu itu tidak bisa dipecah. Hingga akhirnya, bukit batu itu berbentuk seperti curug. "Berhubung ini batu atasnya keras, cadas, jadinya nyurug (berbentuk curug)," tutur Gota yang memiliki warung saung tidak jauh dari air terjun.

Usai dilakukan penambangan batu dan Bina Marga meninggalkan lokasi, warga setempat pun melakukan penambangan pasir di bekas lokasi penambangan batu tersebut. Saat itu, warga hanya melakukan pengerukan pasir dengan alat seadanya, bahkan kata Gota, masih pakai tangan. Lama kelamaan lokasi bukit berbatu tersebut berubah menjadi air terjun yang lebar dan memanjang.

Tak terasa hari sudah beranjak sore, saya memutuskan untuk undur diri. Hidayat masih berada di pekarangan rumahnya. Dia tersenyum saat saya tiba. “Sudah mba main ke curugnya?” tanya dia.

Saya pun menjawab dan mulai membuka obrolan tentang perbandingan keadaan curug dulu dan kini. Menurut dia, jalan masuk Curug Parigi baru dibangun pada 2015 lalu, dan merupakan hasil gotong royong karang taruna setempat, meskipun dengan bahan seadanya.

Curug Parigi, ujar Hidayat, hanya diketahui warga sekitar. Mengingat akses jalan yang belum tersedia. “Dulu engga ada jalan, ini karang taruna yang buka,” kata Hidayat mengakhiri perbincangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement