Kamis 20 Jul 2017 13:49 WIB

'Geng dan Perundungan tak Selalu Berkaitan'

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Esthi Maharani
Rekaman yang disensor memperlihatkan siswa SMP yang melakukan aksi bully terhadap siswa lainnya di pusat perbelanjaan di Tanah Abang, Jakarta Pusat yang menjadi viral di media sosial.
Foto: Youtube
Rekaman yang disensor memperlihatkan siswa SMP yang melakukan aksi bully terhadap siswa lainnya di pusat perbelanjaan di Tanah Abang, Jakarta Pusat yang menjadi viral di media sosial.

REPUBLIKA.CO.ID, Beberapa hari yang lalu, masyarakat dihebohkan dengan video aksi perundungan atau //bully// yang dilakukan oleh siswa tingkat SD dan SMP. Kepolisian pun melakukan penyidikan dan berhasil mengetahui para siswa tersebut tergabung dalam sebuah geng.

Psikolog keluarga Anna Surti Ariani mengatakan, geng dan perundungan tidak selalu berkaitan. Ia menjelaskan, geng adalah bentuk pertemanan yang wajar diinginkan anak terutama dalam masa menjelang puber.

"Anak biasa memiliki kecenderungan untuk bergabung dalam kelompok pertemanan karena merasa mendapat dukungan dan keasyikan di dalamnya," ujar Anna kepada Republika, Rabu (19/7).

Meski begitu, kata Anna, dalam hubungan pertemanan itu kerap terjadi persaingan dan perbedaan pendapat. Jika hal itu tidak disikapi dengan positif, bisa timbul perilaku buruk salah satunya adalah perundungan.

Anna mencontohkan, ada pola pikir ketika seseorang yang dianggap berbeda pendapat atau mengancam geng maka harus dilawan. Padahal, kata Anna, perbedaan pendapat adalah hal yang baik sehingga perlu disikapi positif oleh geng tersebut.

"Bisa juga perbedaan pendapat itu jadi motivasi supaya geng itu jadi lebih keren dan berprestasi," ujar Anna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement