Selasa 11 Jul 2017 08:16 WIB

Libur Panjang, Waspadai 3 Pengganggu Pola Makan Anak

Rep: Adysha Citra R/ Red: Indira Rezkisari
Sajikan sayur dalam bentuk yang menarik untuk membuat anak mau makan sayur.
Foto: Flickr
Sajikan sayur dalam bentuk yang menarik untuk membuat anak mau makan sayur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musim liburan tak jarang diiringi dengan perubahan pola makan yang menjadi lebih bebas dan kurang terkontrol. Perubahan pola makan yang 'kebablasan' perlu dicegah karena dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan.

"Hal ini termasuk pada anak-anak," terang konsultan gizi dan kesehatan Seala Septiani saat dihubungi oleh Republika.co.id.

Seala mengatakan perbedaan pola makan yang terjadi di hari-hari khusus seperti musim liburan dapat dipicu oleh berbagai faktor. Salah satu faktor tersebut adalah perubahan kebiasaan atau rutinitas selama musim liburan.

"Seperti mbak pulang kampung, orangtua cuti, tidak ada tukang masak, dan sebagainya," tambah Seala.

Dalam menghadapi perubahan ini, sebagian orangtua cenderung beralih pada opsi makanan yang lebih praktis seperti makanan beku. Padahal, makanan beku memiki kandungan lemak yang tinggi dan umumnya mengandung bahan pengawet.

Tak jarang, perubahan kebiasaan atau rutinitas ini juga membuat orangtua lebih sering mengajak anak-anak untuk makan di luar. Pilihan praktis ini dapat menjadi 'pintu masuk' bagi makanan-makanan dengan kandungan gula, garam dan lemak tersembunyi yang tinggi.

"(Perubahan kebiasaan atau rutinitas) Jadi tantangan mempertahankan kualitas makan anak," ujar Seala.

Seala menyarankan agar orangtua tetap membiasakan konsumsi sayur dan buah selama liburan. Sayur dan buah ini bisa disajikan sesuai dengan selera dan kesukaan anak. Dengan begitu, anak-anak akan senang saat menyantap sayur dan buah tersebut.

Faktor lain yang dapat mengganggu pola makan anak selama musim liburan adalah menonton televisi dalam jangka waktu yang lama. Penelitian di Amerika, lanjut Seala, menunjukkan bahwa terlalu banyak menonton televisi berkaitan erat dengan konsumsi energi total yang lebih tinggi.

Selama menonton televisi, kecenderungan untuk menyantap camilan dan meminum minuman bersoda ataupun minuman manis menjadi lebih tinggi. Sebaliknya, kebiasaan ini menyebabkan kecenderungan konsumsi sayur dan buah menjadi lebih sedikit.

"Sebaiknya orangtua membatasi jam nonton anak, apalagi saat liburan. Rencanakan kegiatan lain yang menuntut aktivitas fisik dan kreativitas," lanjut Seala.

Di sisi lain, orangtua juga perlu memastikan bahwa anak-anak mendapatkan istirahat yang cukup selama musim liburan. Kurang tidur dan istirahat dapat menyebabkan anak menjadi lebih rentan terhadap rasa lapar yang berlebih.

"Selain merencanakan aktivitas liburan anak, pastikan akan istirahat cukup," kata Seala.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement