Ahad 11 Jun 2017 08:00 WIB

Gong Yoo Benci Kamera

Aktor Korea Selatan, Gong Yoo.
Foto: EPA/JULIEN WARNAND
Aktor Korea Selatan, Gong Yoo.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Siapa sangka, bintang Korea, Gong Yoo, tidak menyukai kamera. Aktor berusia 37 tahun itu pun menoleransi kamera hanya untuk mengeksplorasi kreativitasnya, bukan kehidupan pribadinya.

"Saya adalah seseorang yang sangat menyukai kreativitas," kata Gong kepada Talk Asia, dikutip dari CNN, Ahad (11/6). 

Gong mengatakan dia sebenarnya tidak menyukai kamera. Namun, dia harus menghadapi kamera setiap kali berakting atau melakukan pekerjaan lain di dunia hiburan. 

Menurut Gong, bagaimanapun kamera memang berperan penting dalam membuat diri dan karyanya terkenal. Itu yang membuat pria lulusan Universitas Kyung Hee jurusan teater ini bertahan di dunia hiburan selama 16 tahun. 

Karena itu, Gong berkompromi dengan hal yang tidak dia sukai. "Jika ada yang anda peroleh maka bakal ada yang bakal hilang," kata Gong. 

Namun, dia tetap membatasi sejauh mana kamera dapat memasuki kehidupannya. Dia berupaya agar kehidupan pribadinya tidak masuk ke kamera. "Saya mencoba tidak menunjukkan kehidupan pribadi saya," kata dia. 

Aktor yang mulai terkenal lewat drama Coffee Prince pada 2007 ini menyatakan dia tidak percaya dengan media sosial seperti Twitter dan Instagram. "Wawancara langsung seperti ini lebih baik dibandingkan media sosial," kata Gong. 

Gong juga menjelaskan ketidaknyamanan dengan ketenaran yang dia peroleh.

Drama terbaru Gong, yaitu Guardian: The Lonely and Great God atau dikenal dengan nama Goblin. Drama yang diputar pada akhir tahun lalu hingga awal tahun ini membuat nama Gong semakin terkenal di Asia dan negara lain di seluruh dunia. 

Goblin mencatat rating kedua tertinggi dalam sejarah drama Korea. Perannya sebagai Goblin juga mengantarkan Gong meraih penghargaan aktor terbaik pada Baeksang Arts Awars. 

"Ini adalah hal yang sangat saya khawatirkan. Saya tentu tidak pernah mengira Asia dan dunia sangat mencintainya," ujar dia. 

Kendati tidak menyukai kamera dan tidak nyaman dengan ketenaran, Gong mengatakan, dia sangat menyukai profesinya sebagai aktor. Ketika memainkan karakter dalam drama, dia bisa fokus dalam peran tersebut dan melupakan kerumitan-kerumitan dalam hidup. 

"Momen-momen itu memunculkan gairah yang luar biasa. Itu yang membuat saya terus berkarier sebagai aktor. Bukan soal uang atau penghargaan," kata Gong. 

Gong juga berharap perannya dapat menginspirasi atau mempengaruhi orang lain. Gong, yang melakoni wajib militernya pada 2011, bercerita film yang dia perankan sebelum masuk kamp. 

Gong membintangi film yang diangkat dari kisah nyata, Silenced. Film itu mengenai delapan anak yang mengalami pelecehan seksual di sebuah sekolah untuk gangguan pendengaran di Gwangju.

Dari enam orang yang didakwa atas pelecehan tersebut, hanya dua orang yang menerima hukuman penjara kurang dari satu tahun. Dua lainnya diberi hukuman mati, sedangkan sisanya dibebaskan. 

Film tersebut memicu kemarahan publik terhadap hukum yang berlaku. Otoritas di Gwangju memutuskan menutup sekolah itu pada November 2011. Dakwaan baru juga diberlakukan kepada sejumlah guru pada tahun berikutnya. 

Film ini juga mendorong berlakunya 'Hukum Dogani'. Aturan itu memberlakukan hukuman yang lebih ketat atas kejahatan seks terhadap anak-anak dan orang cacat.

Gong mengatakan film itu mengubah arah kariernya. Untuk pertama kalinya, Gong merasa punya kekuatan untuk memengaruhi. "Bukankah seharusnya saya menggunakannya? Hal paling efektif yang bisa saya lakukan sebagai aktor adalah menggunakan popularitas saya untuk mendorong sebuah perubahan," kata dia. 

Tahun lalu, Gong membuat terobosan di pasar internasional dengan lewat film Train to Busan. Film ini diputar perdana di Cannes Film Festival. Gong mengatakan dia sangat bangga melakukan proyek yang meningkatkan nama negaranya dalam kancah internasional. 

"Saya bangga bahwa proyek kreatif dari Korea ini diakui dan dicintai."

sumber : CNN
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement