REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak yang memiliki masalah dengan kemampuan sosial emosionalnya, bisa dilihat dari beberapa tanda. Tandanya bahkan bisa diidentifikasi sejak anak baru berumur dua bulan.
Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit Bunda, Jakarta, dr Markus Danusantoso, SpA, menjelaskan tanda awal anak mengalami gangguan perkembangan sosial emosional dan perlu evaluasi dokter, yaitu yang pertama anak belum tersenyum pada usia dua bulan. Dan pada usia 10 bulan, anak belum takut pada orang lain. Anak juga belum bisa makan sendiri pada usia 18 bulan.
Dia juga belum memiliki perasaan bangga, malu, bersalah (guilt) atau belum ada keinginan berbagai (sharing), atau belum mampu menenangkan diri sendiri pada usia 18 sampai 20 bulan. Anak juga tidak memiliki imajinasi saat usia satu setengah tahun.
Selain itu, anak belum bermain symbolic play pada usia dua sampai dua setengah tahun. Dia juga belum bermain interactive play atau main dengan yang lain pada usia tiga sampai tiga setengah tahun.
Anak hanya mau main sendiri, dia juga belum bisa pretend play. “Jika ditemukan gejala-gejala seperti itu pada anak, segera bawa ke dokter. Lihat pula kenapa anak bisa seperti itu,” ujarnya dalam acara “Develop Social and Emotional Skills Through Playing” yang diselenggarakan Early Learning Centre (ELC), sebagai penyedia mainan yang membantu perkembangan anak, di Jakarta, belum lama ini.
Adapula hal-hal yang harus diperhatikan mengenai kemampuan sosial emosional anak, yaitu ketika bermain dengan anak, lanjutnya, orangtua bisa melihat ada atau tidak keterlambatan atau abnormal dalam aspek perkembangan lain pada anak. Misalnya kemampuan motorik, komunikasi dan bicara. Anak yang kemampuannya terlambat, secara sosial emosional juga sulit. Lihat pula apakah ada kemunduran kemampuan sosial emosional. “Lihat apakah ada kemunduran pada anak. Dalam proses perkembangan anak tidak boleh mundur.”
Yang kedua lihat pula apakah ada interaksi dengan orang lain. Apakah anak hanya interaksi terhadap orang tertentu atau objek tertentu. Jangan sampai anak hanya mau main dengan mainan tertentu saja, atau hanya mau bicara pada orang tertentu saja.
Lihat pula adanya tatap mata. Selain itu, perhatikan kesesuaian antara situasi kondisi sekitar dan ekspresi emosi, misal kondisi menyenangkan dia tersenyum, tertawa.