Senin 17 Apr 2017 13:52 WIB

Kebiasaan Orang Jakarta yang Sulit Bikin Kaya

Kehidupan di jantung kota Jakarta.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kehidupan di jantung kota Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta menjadi tujuan banyak orang untuk mengadu nasib. Kota yang mendapat julukan metropolitan ini semakin banyak dikunjungi orang sehingga memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Pesona Jakarta pun sanggup membuat siapapun terjebak arus gaya hidup konsumtif yang belum tentu sepadan dengan pemasukannya.

Seorang penasihat keuangan dari Amerika, David Bach menjelaskan tentang The Latte Factor. Istilah tersebut muncul dari kebiasaan masyarakat di Amerika yang membeli kopi sebelum bekerja. The Latte Factor merupakan istilah dari pengeluaran kecil yang tidak begitu penting dan sering dilakukan tanpa disadari. Bila diakumulasikan, jumlah pengeluaran kecil tersebut akan membuat tercengang.

Sebenarnya Anda bisa mengurangi atau tidak melakukan pengeluaran tersebut sama sekali. Berikut ini adalah 5 kebiasaan orang Jakarta yang membuat dirinya tidak bisa kaya.

Beli Kopi Mahal

Kegemaran minum kopi tidak hanya dilakukan di Amerika Serikat, tetapi juga para pekerja di Jakarta. Banyak kedai kopi di Jakarta dengan kisaran harga Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu per gelasnya. Jika minum kopi mahal adalah kebiasaan, misalkan tiga kali seminggu saja maka uang yang telah dikeluarkan sekitar Rp 480 ribu sampai Rp 600 ribu per bulan. Jumlah yang cukup besar, bukan? Akan lebih baik jika uang tersebut dialokasikan untuk tabungan guna persiapan masa depan.

Pengeluaran kopi ini bisa ditekan dengan cara mengurangi frekuensi minum kopi. Misalnya dari tiga kali seminggu menjadi seminggu sekali. Cara lain yang bisa dilakukan adalah mencari kedai kopi yang harganya tidak terlalu mahal atau diskon pelanggan. Atau jika memang pecandu kopi berat, maka bisa membuat kartu member pelanggan kopi untuk mendapat potongan harga atau mengonsumsi kopi buatan sendiri yang harganya jauh lebih hemat.

Naik Taksi Pulang Pergi

Setidaknya untuk sekali perjalanan menggunakan taksi harus mengeluarkan kurang lebih Rp 50 ribu. Dalam satu bulan saja uang yang dipakai tersebut bisa mencapai Rp 1 jutaan. Jumlah yang tidak sedikit. Jika transportasi umum dirasa kurang nyaman, lebih baik uang yang digunakan untuk naik taksi tersebut dialokasikan untuk kredit mobil.

Mobil yang dibeli nantinya tidak hanya digunakan untuk transportasi kerja, tetapi bisa juga untuk transportasi keluarga, jalan-jalan bahkan mudik ke luar kota. Kurangilah frekuensi naik taksi jika belum siap untuk kredit mobil. Agar lebih hemat, bisa menggunakan jasa Trans Jakarta yang lebih nyaman dari angkutan kota. Atau jika ingin sampai lebih cepat dan terhindar dari desakan penumpang, bisa menggunakan jasa ojek online yang sekarang tersebar luas di wilayah Jakarta.

Ke Gym

Ke gym atau olahraga di dalam ruangan merupakan kebiasaan yang positif, karena demi kesehatan tubuh. Namun biaya yang diperlukan tidak sedikit. Setidaknya kamu perlu mengeluarkan Rp 50 ribu untuk sekali ke gym. Jika ingin lebih hemat, bisa mendaftar jadi member untuk mendapat diskon tiket atau cukup olahraga di luar ruangan, misalnya di gelanggang olahraga atau taman kota.

Ke Bioskop

Menonton di bioskop merupakan salah satu kebiasaan orang Jakarta. Untuk menonton perlu mengeluarkan minimal Rp 50 ribu. Belum lagi ditambah dengan makanan dan minuman yang dibeli.

Ada baiknya mencari alternatif untuk menghemat kebiasaan yang satu ini. Misalnya, manfaatkan promo di hari-hari tertentu seperti beli satu gratis satu atau mencari bioskop yang lebih murah tetapi kualitas lumayan bagus.

Beli Air Kemasan

Bagi para pekerja lapangan di Jakarta, kebiasaan membeli air kemasan yang dingin kerap dilakukan hampir setiap hari. Satu kemasan ukuran sedang biasanya berkisar Rp 5 ribu hinggga Rp 10 ribu per botol. Jika dikumpulkan, uangnya bisa digunakan untuk tambahan tabungan atau kebutuhan yang lebih penting.

Sebaiknya carilah alternatif lain misalnya membawa minum sendiri dari rumah atau iuran dengan pekerja lain untuk membeli galon air mineral yang harganya jauh lebih hemat daripada air kemasan. Berusahalah untuk berhemat dan jangan mudah tergiur dengan berbagai iklan, rasa dan tampilan dari banyak air kemasan.

Cobalah untuk mengurangi frekuensi kebiasaan konsumtif dan mencari alternatif lain yang akan membuat lebih hemat pengeluaran. Uang dari pengeluaran kecil tersebut bila dikumpulkan bisa membuat lebih kaya dengan cara ditabung untuk kebutuhan lain yang lebih harus diprioritaskan.

Artikel ini merupakan kerja sama antara Republika.co.id dengan Cermati.com, portal pembanding produk keuangan Indonesia

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement