Kamis 09 Mar 2017 14:02 WIB

WR Supratman Berjuang dengan Pena dan Biola

Wage Rudolf Supratman
Foto:

Dikejar-kejar Belanda

Setelah dikumandangkan tahun 1928, pemerintah kolonial Hindia Belanda segera melarang penyebutan lagu kebangsaan bagi Indonesia Raya. Belanda lebih suka menyebut bangsa Jawa, bangsa Sunda, atau bangsa Sumatra, melarang penggunaan kata “Merdeka, Merdeka!”

Meskipun demikian, para pemuda tidak gentar. Mereka ikuti lagu itu dengan mengucapkan “Mulia, Mulia!”, bukan “Merdeka, Merdeka!” pada refrein. Akan tetapi, tetap saja mereka menganggap lagu itu sebagai lagu kebangsaan.

Selanjutnya, lagu ‘Indonesia Raya’ selalu dinyanyikan pada setiap rapat partai-partai politik. Setelah Indonesia Merdeka, lagu itu ditetapkan sebagai lagu kebangsaan perlambang persatuan bangsa. Sejak lagunya beredar, Wage dikejar-kejar tentara Belanda.

Ia pun berpindah-pindah tempat dari tahun 1930 sampai 1937, kemudian tinggal di Surabaya dalam keadaan sakit. Pada 7 Agustus 1938, ia ditangkap di Jalan Embong Malang, Surabaya, dan dijebloskan ke penjara Kalisosok. Dan pada 17 Agustus 1938, Sang Komponis besar ini meninggal di Jl Mangga 21 Surabaya dan dimakamkan di Jalan Kenjeran Surabaya.

Beberapa karya terkenal WR Supratman selain lagu ‘Indonesia Raya’ adalah ‘Di Timur Matahari’ (1931), ‘Bendera Kita Merah Poetih’ (1928), dan ‘Raden Ajeng Kartini’ (1929). Selain lagu, WR Supratman juga menulis karya sastra berjudul “Perawan Desa”, “Darah Moeda”, dan “Kaoem Panatik”.

Secara resmi, lagu "Indonesia Raya" ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Republik Indonesia pada 26 Juni 1958 melalui Peraturan Pemerintah No 44 Tahun 1958. Sedangkan hari lahir WR Supratman pada 9 Maret kini diperingati sebagai Hari Musik Nasional.

Kontroversi tanggal lahir WR Supratman

Yang menarik, benarkah tempat dan tanggal lahir pahlawan nasional tersebut? Fakta lain menyebutkan, Pengadilan Negeri Purworejo menetapkan lewat keputusan Nomor 04/Pdt.P/2087/PN PWR, tanggal 29 Maret 2007 bahwa WR Soepratman lahir di Desa Somangari, Purwoirejo, pada 19 Maret 1903.

Berdasarkan keputusan pengadilan itu, dibangun sebuah monumen WR Supratman oleh Pemda Purworejo sejak September 2007. Bahkan sebelumnya, patung WR Supratman dibangun di prapatan Pantok, Purworejo, pada 1983.

Desa Somangari, terletak 12 km sebelah tenggara Kota Purworejo. Lokasinya berada di pinggang gunung sehingga jalan raya menuju desa itu berkelak-kelok dan turun naik di antara jurang-jurang nan dalam. Dan siapa menduga, desa yang sepi itu telah mengukir sejarah indah.

Almarhum WR Supratman lahir di desa tersebut pada Kamis Wage, 19 Maret 1903. Dan, bukan 9 Maret 1903 seperti yang tertulis dalam prasasti dan penetapan pemerintah. Jadi, aneh jika pemerintah masih menetapkan 9 Maret sebagai hari Musik Nasional.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement