REPUBLIKA.CO.ID, Ada daya tarik baru untuk para penggemar cokelat. Sebuah museum bernama Choco-Story didirikan di New York City. Museum ini didedikasikan untuk dark art, dan kerajinan dari cokelat yang diset oleh master cokelat, Jacques Torres. Dalam pameran ini, seperti brethen di Belgia, Meksiko, dan di tempat lain, terdapat eksplorasi dan pengembangan cokelat sebagai makanan penutup.
Dikutip dari Time Kamis (9/3), terdapat sejumlah preview dari museum cokelat di New York, berikut ulasannya:
Ada alasan cokelat dan sampanye saling beriringan.
Ternyata sampanye sebenarnya memiliki keterkaitan dengan cokelat. Suku Maya, dan kemudian Aztec, akan menempatkan biji kakao, untuk mengusir roh-roh jahat, sehingga menimbulkan suara. Hari ini, tradisi tersebut tetap bertahan dengan gelas yang saling bersentuhan sebelum akan memulai minum.
Kakao pernah digunakan dalam pengorbanan darah. Suku Maya akan melubangi, atau memotong telinga, atau lidah mereka dan mencampur darah dengan biji kakao mentah, sebagai tanda penghormatan kepada dewa mereka. Kakao juga digunakan sebagai mata uang. Dalam budaya Maya, orang akan melakukan perdagangan dengan menggunakan kakao.
Piring juga dikembangkan untuk minum cokelat. Cangkir diisi dengan minum cokelat yang rawan terbalik, sehingga pada satu titik anggota kerajaan Spanyol memiliki lingkar dalam piring di mana cangkir akan bertumpu. Di Prancis, bangsawan juga menikmati cokelat, karena bisa tumpah, sehingga mereka mengembangkan sebuah lubang di piring di mana cangkir akan sesuai untuk itu.
Anda dapat membuat truffle dibumbui, dengan mengganti bahan yang satu ini. Kunci untuk cokelat truffle adalah mengisi ganache, kombinasi coklat, krim, dan mentega.
Chocolate Museum and Experience sekarang terbuka untuk pengunjung, yang masing-masing akan dijamin untuk pergi dengan banyak cokelat di tangan. Sementara tiket yang dibanderol 15 dolar AS.