Jumat 24 Feb 2017 14:46 WIB

Bersepeda di Desa Wisata Hijau Bilebante Lombok

Rep: M Nursyamsyi/ Red: Indira Rezkisari
Desa Wisata Bilebante, Lombok, NTB.
Foto:
Turis menikmati bersepeda di Desa Bilabante, Lombok.

DWH Bilebante menawarkan sejumlah paket wisata menarik. Paket berkeliling menggunakan bersepeda merupakan paket utama yang ditawarkan kepada setiap wisatawan yang datang.

"Paket wisata sepeda Half Day Tour Bilebante Family Long Ride dengan rute 4 Km paling sering dicari," ungkapnya. Dengan Rp 225 ribu per orang, pengunjung bisa merasakan pengaman bersepeda dengan pemandangan indah bersama pemandu wisata dan juga mendapatkan coffe break.

Dengan dilengkapi helm sepeda para pengunjung diajak berkeliling desa melalui permukiman warga, tepian sungai, pematang sawah, kebun sayur, dan kebun buah. Di sela-sela perjalanan, pengunjung bisa melihat langsung sistem penanaman padi yang dilakukan masyarakat, menyambangi industri anyaman untuk membuat lidi batang kelapa untuk sate, atau juga 'kekere' (topi khas lokal dari anyaman lidi kelapa) yang menjadi salah satu sumber pendapatan penduduk lokal.

Dalam perjalanan ini, pengunjung juga akan melintasi Jembatan Lime (Lima) di Dusun Karang Ide yang merupakan salah satu peninggalan Belanda pada era 40-an. Dinamakan Jembatan Lime dikarenakan jembatan ini memiliki lima saluran irigasi dari desa sekitar Bilebante.

Yang tidak kalah asyiknya, pengunjung akan diajak singgah di Pura Lingkar Kelud yang menjadi Pura tertua di Lombok Tengah. Jangan kaget, meski mayoritas penduduk Bilebante beragama Islam, namun dua dusun yakni Karang Baru dan Karang Kubu dikenal sebagai kampung Hindu.

Meski berbeda, namun toleransi sangat tertata apik di sini. Pengunjung bisa merasakan langsung berada di pura yang sudah ada sejak 1922 ini.

Keseruan lain saat beristirahat di 'berugak' atau gazebo bambu khas Lombok sembari menikmati sajian kuliner khas Lombok dan es kelapa muda.

"Aktivitas wisata sepeda ada dua pilihan waktu yakni pagi sekitar pukul 07.00 Wita atau sore sekitar pukul 15.30 Wita," Pahrul melanjutkan.

Pada momen itu, pengunjung dapat merasakan langsung keindahan panorama matahari terbit atau terbenam di tengah-tengah hamparan sawah yang hijau. DWH Bilebante juga menyiapkan sepuluh kamar homestay bilamana para pengunjung ingin merasakan sensasi menginap dan berbaur dengan warga setempat lebih lama.

Penggemar grup band Sheila on 7 ini menjelaskan ada sepuluh sepeda beserta pelindung kepala yang tersedia hasil bantuan dari Bank NTB. Jumlah ini dirasa belumlah cukup. Tak ayal, jika jumlah wisatawan yang datang lebih dari sepuluh, ia dan timnya terpaksa menyewa sepeda dari tempat lain.

"Tantangannya itu jumlah sepeda masih kurang, mudah-mudahan dalam waktu dekat pemerintah bantu kita," harap Pahrul.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement