Jumat 24 Feb 2017 13:30 WIB

Rahasia Campina Tetap Eksis Hingga 45 Tahun

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Indira Rezkisari
Beragam rasa es krim Campina.
Foto: FB Campina
Beragam rasa es krim Campina.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Di tengah persaingan bisnis es krim yang terus berkembang, Campina sebagai perusahaan es krim lokal terbesar Indonesia masih eksis hingga usianya kini menginjak 45 tahun. National Sales Manager & Marketing Manager Campina Es Krim, Adji Andjono, mengungkapkan rahasia sukses Campina bisa tetap eksis berdiri selama hampir setengah abad.

Menurut Adji, eksistensi Campina tidak lepas dari upaya penjagaan mutu produknya. “Campina berupaya menghadirkan bahan baku yang bermutu walaupun memang sebagian besarnya diimpor seperti untuk cokelat dan susu,” kata Adji dalam acara konferensi pers peluncuran Happy Cow, di Pabrik Campina, Surabaya, beberapa waktu lalu.

Beberapa bahan baku bahkan ada yang harus diolah di pabrik langsung untuk mendapatkan hasil yang segar. Selain itu, Campina juga selalu melakukan inovasi dalam setiap produknya. Tak main-main, Campina menggelar riset sebelum mengeluarkan inovasinya agar produknya dapat diterima di pasaran.

Untuk memastikan produknya tersebar hingga ke tangan konsumen di pelosok negeri, Campina selalu melebarkan saluran distribusinya ke seluruh daerah di Indonesia. Saat ini, setidaknya sudah hampir 100 titik distributor Campina yang tersebar di Jawa dan di luar Pulau Jawa.

“Tahun ini kita akan menambah dua titik distributor di Papua dan Maluku Utara,” kata Adji.

Eco friendly

Campina juga berkomitmen kepada pelestarian lingkungan hidup. Salah satunya dengan cara menerapkan lingkungan kerja yang eco-friendly bagi para karyawannya yang bekerja di Pabrik Campina, Rungkut, Surabaya.

“Ini sudah kita lakukan sejak delapan tahun yang lalu sebagai salah satu value perusahaan untuk melestarikan lingkungan,” kata Adji Andjono.

 

Sejak satu dekade yang lalu, Adji menjelaskan, Campina telah mulai menggunakan air filtrasi sebagai langkah untuk mengurangi penggunaan air mineral pabrikan dan penggunaan kemasan plastik. Setiap karyawan diharuskan membawa sendiri botol atau gelas untuk mengambil air minumnya. 

Selain itu, Campina juga meniadakan penggunaan tisu di toilet. Dengan langkah ini, menurut Adji, perusahaan sebesar Campina telah menyelamatkan dua batang pohon untuk ditebang dalam satu tahun.

Tak hanya itu, Campina melakukan penghematan penggunaan listrik dengan memanfaatkan cahaya matahari cahaya sebagai penerang di beberapa lokasi. Beberapa tempat seperti toilet menggunakan sensor sehingga lampu hanya akan menyala jika ada karyawan yang masuk ke ruangan ersebut.

“Cara ini bisa menghemat listrik hingga 710 KWh per tahun,” kata Adji.

Selain itu, sebagai pabrik yang mengolah bahan makanan dan memperkerja, Campina menyadari limbah sampah yang dihasilkan. Hal ini disiasati dengan pembuatan kompos cair dan kering yang diolah sendiri. Campina juga telah memperoleh sertifikat proper warna biru dari Kementerian Lingkungan Hidup karena berhasil mengolah limbahnya dengan baik.

Tak berhenti sampai di situ, Campina juga mendapatkan beberapa penghargaan dari Indonesian Vegan Society (IVS) karena secara aktif telah berpartisipasi dalam upaya pelestarian lingkungan hidup dengan memberikan pola makan vegan di kantin vegan pabrik Campina Rungkut. Sayur mayur yang diolah di kantin vegan ini merupakan hasil rooftop garden yang dikembangkan Campina sendiri.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement