Rabu 22 Feb 2017 15:12 WIB

Refleksi Kemanusiaan di Film Jakarta Undercover

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Para kru film Jakarta Undercover yang diadaptasi dari novel karya Moammar Emka pada press screening di Epicentrum, Jakarta, Selasa (21/2).
Foto: Republika/Shelbi Asrianti
Para kru film Jakarta Undercover yang diadaptasi dari novel karya Moammar Emka pada press screening di Epicentrum, Jakarta, Selasa (21/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Grafent Pictures dan Demi Istri Production menghadirkan film Jakarta Undercover yang mulai tayang di bioskop Indonesia mulai 23 Februari 2017. Sinema yang menguak sisi lain Jakarta itu diadaptasi dari empat seri novel berjudul sama karya Moammar Emka.

Sebelum ini, film lain yang juga berjudul Jakarta Undercover dan diadaptasi dari buku sama pernah diproduksi pada 2007 silam. Namun, Emka menjelaskan, kedua film adalah cerita yang berdiri sendiri dan tidak memiliki jalinan cerita yang terhubung.

"Murni cerita baru dengan pendekatan yang berbeda, film kali ini menggunakan sisi biopik dari sisi penulis yang diwakili tokoh Pras yang diperankan Oka Antara," ujar Emka yang juga menjadi produser eksekutif film.

Dalam film, Pras dikisahkan sebagai jurnalis baru yang bertekad menghasilkan sebuah karya signifikan. Ia tanpa sengaja terlibat intens dengan para pelaku dunia malam lantas menuangkan pengalaman menghadapi realita kelam Jakarta itu dalam tulisan.

Menariknya, di tengah perkara investigasi itu, Pras secara tak terduga memiliki keterkaitan lekat dengan sejumlah 'pemain'. Selain Oka sebagai Pras, film juga dibintangi oleh Tiara Eve, Baim Wong, Ganindra Bimo, Lukman Sardi, Tio Pakusadewo, Richard Kyle, Nikita Mirzani, Edo Borne, dan Agus Kuncoro.

 

Emka berharap film Jakarta Undercover dapat menjadi refleksi kemanusiaan serta menangkap permasalahan dan lika-liku sosial ibu kota. Menurut pria 43 tahun asal Tuban itu, sisi kontroversi film tak akan jadi masalah karena masyarakat Indonesia telah semakin cerdas dan kritis dalam memaknai sebuah karya.

Sutradara Jakarta Undercover, Fajar Nugros, turut mengungkap misi lain film untuk menyuarakan nilai kemanusiaan kepada masyarakat. Film yang penayangan premiernya berlangsung di Jogja Asian Film Festival (JAFF) Desember 2016 silam itu hendak memvisualisasikan sejumlah isu yang selama ini tak nyaman diperbincangkan.

"Kekerasan terhadap perempuan, premanisme, kemiskinan, jeritan kaum minoritas, adalah sebagian dari realita yang hendak kami angkat dalam film ini," kata Fajar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement