Senin 13 Feb 2017 09:08 WIB

Ajak Anak Cari Sumber Informasi Pilkada yang Bebas Hoax

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah petugas PPK dan PPS menyelesaikan pekerjaan melipat surat suara Pilkada Serentak di Aula Gedung Graha Transisto, Kampung Cikanyere, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (17/1).
Foto: Antara/Adeng Bustomi
Sejumlah petugas PPK dan PPS menyelesaikan pekerjaan melipat surat suara Pilkada Serentak di Aula Gedung Graha Transisto, Kampung Cikanyere, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (17/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini banyak berita hoax yang beredar mengenai ketiga paslon. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi anak yang menjadi pemilih pemula dalam pilkada.

Menurut psikolog anak, Ine Indriani, orangtua sebaiknya memberikan pengertian pada anak yang pemilih pemula tersebut untuk tidak mudah percaya berita begitu saja. Mereka harus diajarkan untuk mencerna berita.

“Berarti orangtua juga jangan suka mengirim berita hoax, karena kalau saya lihat orangtua suka begitu. Jadi ya setiap orang punya kefanatikan masing-masing, bahkan ada juga yang sudah apatis. Tapi apapun pilihan anak perlu dihargai,” ujarnya.

Iman Sjafei dari Asumsi, satu web series di Youtube tentang komentar isu sosial politik yang sedang hangat, mengatakan sebenarnya untuk DKI Jakarta apalagi anak muda yang sudah lama main media sosial harusnya mereka tidak terpengaruh dengan hoax yang menyesatkan. Paling tidak mereka bisa tergerak oleh berita-berita, program-program yang dikeluarkan oleh paslon.

“Sebenarnya kalau anak muda yang punya kemampuan, kesempatan dan kebiasaan untuk bermain di dunia maya, saya kira sih sebenarnya tidak terlalu susah. Mereka tinggal, misalnya mereka baca berita atau mereka pingin tahu sesuatu, mungkin perlu waktu lama, kasih waktu lima menit untuk cari satu isu tentang paslon, bisalah akhirnya mereka dapatkan informasi lebih valid dari media-media yang sudah terpercaya. Kuncinya itu sih ambil informasi dari media yang terpercaya,” ujarnya.

Kalaupun juga akhirnya terpengaruh sama teman, lanjutnya, pastikan lagi bahwa omongan teman itu benar. “Bisa dicari kok informasi rekam jejak paslon apa yang pernah mereka omongkan, apa yang mereka perbuat kan semua sudah terekam di media-media. Tapi ya itu tadi jangan media-media bodrex, hoax, dan saya sih tidak merekomendasikan untuk percaya dengan broadcast Whatsapp ya. Broadcast Whatsapp itu kan subyektif, menyesatkan, ditanya ini dari mana, dari grup Whatsapp sebelah, gampang banget kan bilang gitu,” ujarnya.

Randi Rahardyan dari Sinergi Muda menambahkan untuk menghindari berita hoax, anak muda bisa melakukan dialog dan diskusi. “Sebenarnya banyak sih akses-akses untuk anak muda, untuk tahu program-programnya, apa sih latar belakangnya, apa sih rekam jejaknya, tapi belakangan pada malas membuka itu,” ujarnya.

Karena itu, anak muda sebaiknya mendapatkan sumber berita yang valid. Cari tahu dulu itu beritanya dari mana dan yang buat siapa. “Kita tuh pinginnya anak muda kampanye nomor satu, dua dan tiga kampanye ikuti saja semua. Aspirasinya bisa disampaikan langsung, sekalian bisa pilih mana program paling bagus,” tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement