Selasa 29 Nov 2016 06:45 WIB

Matahari Terbenam di Pulau Hatta

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Pemandangan matahari terbenam di Pulau Hatta, Banda, Maluku.
Foto: Republika/Dwina Agustin
Pemandangan matahari terbenam di Pulau Hatta, Banda, Maluku.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA NEIRA -- Di Kecamatan Banda, Provinsi Maluku, terdapat pulau yang bernama proklamator Indonesia, Hatta. Pesonanya patut dikejar, tidak kalah dengan nama-nama pulau yang sudah lebih familiar di telinga.

Untuk menuju Pulau Hatta memang tidak mudah, perlu ada perjuangan ekstra sebab dari Pulau Neira jarak tempuhnya sekitar satu jam dengan kapal kecil bermotor. Namun, perjalanan itu tidak akan terbuang percuma sebab tawaran pantai memikat.

Jika Pulau Neira menyuguhkan saksi-saksi sejarah yang masih kokoh berdiri, maka Pulau Hatta adalah tempat memanjakan mata. Selain keindahan pantai pasir putih, area ini pun sangat cocok untuk melakukan snorkeling dan melihat langsung palung laut yang sangat dekat dengan pesisir pantai.

Pulau Hatta pun menjadi destinasi menikmati pesona matahari terbenam. Tempat yang paling cocok untuk melihat matahari beristirahat di area Matabambu dekat dengan area Tanjung Kenari.

"Ini pun terbenamnya berubah-ubah, tergantung dari musim angin, kadang di sana (menunjuk Tanjung Kenari), atau di sana( menunjuk arah ke sisi yang lain)," kata penduduk lokal Sufri Saidjan menunjukan perbedaan tempat terbenamnya matahari.

Menikmati terbenamnya matahari pun tidak hanya sesaat saja. Sebelum dan setelahnya pun masih bisa dinikmati dengan gradasi langit yang memunculkan warna-warna alam seperti merah muda dan oranye. Mata tidak akan lelah untuk dimanjakan.

Meski penuh dengan keindahan yang ditawarkan, Pulau Hatta ternyata masih menyimpan kesulitan bagi penduduk lokalnya. Belum adanya pasokan air bersih dan listrik membuat pulau ini seperti tersisihkan dari peradaban Indonesia.

"Biar negeri ini Indah tapi kalau belum ada listrik dan air bersih, seperti bohong saja kah," kata pemilik Hatta Bungalow ini menceritakan kesulitan memasok air bersih yang hanya didapat dari Pulau Neira atau Kampung Baru yang berjarak tempuh 1,5 km.

Setiap harinya sepupunya yang lebih muda harus menyeberang mengangkut 10 galon air bersih yang diberi seharga Rp 6.000 hanya untuk memasok kebutuhan wisatawan. Sedangkan kebutuhan masyarakat lokal sendiri hanya dari penampungan air hujan yang hanya cukup satu tahun untuk kebutuhan memasak, jika dipakai untuk kebutuhan bersih-bersih hanya cukup tiga bulan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement