Ahad 13 Nov 2016 10:40 WIB

Awas! Bullying Sebabkan Obesitas Anak

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Ani Nursalikah
Bullying (ilustrasi)
Foto: www.chicago-bureau.org
Bullying (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak-anak yang sering dirundung (dibully) dengan teman sebanya ternyata tidak hanya mendapatkan dampak fisik. Selain mental, munculnya obesitas pada anak dianggap karena perlakuan kasar ini. Potensi ini dapat diperolehnya ketika beranjak usia lebih dari 18 tahun.

Sebuah studi yang diupublikasikan Psychosomatic Medicine mengungkapkan temuan tersebut. Seperti dilansir Boldsky, Ahad (13/11), para ilmuwan mencoba meneliti apakah perundungan dalam konteks modern akan memiliki efek yang sama pada berat badan seseorang. Hal ini dilakukan mereka mengingat fenomena tersebut masih terjadi hingga kini, bahkan melalui media sosial.

Para peneliti menganalisis data dari 2.000 anak yang dianggap pernah mengalami kondisi tersebut. Situasi ini terjadi terutama saat mereka berada di pendidikan dasar hingga menengah. Penelitiannya dilakukan dengan mewawancarai anak dan ibu dari korban perundungan.

Dari data yang dianalisi, peneliti menemukan 28 persen anak pernah beberapa kali mengalami perundungan saat berada di sekolah dasar atau menengah. Sementara itu, ada 13 persen anak yang sering merasakan pengalaman ini, baik di sekolah dasar maupun pendidikan menengah. Dengan kata lain, dapat didefinisikan sebagai perundungan kronis.

Kemudian setelah diteliti mendalam, ilmuwan menemukan, anak-anak yang berada pada perundungan kronis ternyata 1,7 kali lebih besar berat badannya dibandingkan yang tidak. Bahkan, ukuran pinggangnya berpotensi akan lebih besar saat menginjak usia 18 tahun. Hal ini akan semakin berkembang dengan adanya faktor lainnya, seperti status sosial ekonomi, kesehatan makanan, penganiayaan anak, tingkat intelektual rendah dan masalah kesehatan mental.

“Studi kami menunjukkan bahwa anak-anak yang dirundung cenderung kelebihan berat badan saat menginjak usia 18 tahun. Hal ini dapat terjadi, baik karena genetik mereka maupun setelah mengalami perundungan," kata peneliti King College London, Andrea Danese.

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement