REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Banyak orang berpikir bahwa pria akan mengambil masa cuti untuk merawat bayi yang baru lahir. Ternyata, meski sudah ada perusahaan yang menawarkan cuti melahirkan, seorang ayah baru tidak bisa mendapatkan keuntungan dari cuti tersebut. Penyebabnya beragam mulai dari stigma budaya hingga ketakutan akan kehilangan peluang kerja. Salah satu penyebab lainnya yakni laki-laki diberikan waktu cuti lebih sedikit dibandingkan perempuan.
Tak banyak perusahaan yang memberikan waktu cuti untuk seorang ayah baru. Jika ada perusahaan yang memberikan cuti itu, jumlahnya hanya setengah dari cuti untuk ibu melahirkan. Hal itu, berdasarkan survei yang dilakukan Masyarakat Manajemen Sumber Daya Manusia (SHRM) di Amerika Serikat pada lebih dari 300 perusahaan. SHRM mencatat, rata-rata ibu melahirkan mendapat jatah cuti digaji selama 41 hari sementara ayah baru mendapatkan cuti selama 22 hari.
Ternyata, tak banyak pria yang mengambil seluruh jatah cuti tersebut. Kebanyakan justru hanya bercuti selama 10 hari.
"Perusahaan mengatakan cuti melahirkan hal penting tapi memberikan jatah separuh (dibandingkan ibu). Ini tidak sebanding dan memberikan pesan untuk para ayah," ujar Direktur Analisis Tenaga Kerja SHRM Evren Esen seperti dikutip dari Malay Mail Online. Pesan tersebut menekankan bahwa waktu libur untuk ayah tidak sepenting waktu libur untuk ibu.
Padahal, menurut teori, cuti melahirkan adalah hal yang baik untuk ibu, ayah, bayi, dan bahkan perusahaan. Cuti yang seimbang bagi kedua orang tua adalah langkah awal untuk mengubah perilaku terkait cuti melahirkan. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan seperti Twitter, Netflix, Etsy, dan Facebook telah memberikan waktu cuti yang sama tanpa mengenal jenis kelamin.