REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mendukung keikutsertaan sineas Indonesia di Busan International Film Festival (BIFF) ke-21, yang berlangsung 6-15 Oktober 2016 di Haeundae-gu, Busan, Korea Selatan. Dalam kesempatan ini, Indonesia mengusung 'Indonesian Cinema'.
Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Ricky Joseph Pesik mengatakan, program ini telah disiapkan Bekraf bersama dengan Pusat Pengembangan Perfilman Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Pusbang Kemendikbud). Festival ini diakui Ricky akan memberikan peluang yang lebih baik, bagi film Indonesia untuk terus mengembangkan karyanya.
"Dalam persiapan yang cukup mendesak, Bekraf dan Pusat Pengembangan Film Kemendikbud mencoba menerapkan cara baru menghadirkan sinema Indonesia di film global. Ini pasar film dunia yang memiliki peluang besar bagi para sineas Indonesia untuk networking, dan upaya bisnis to bisnis. Dari berbagai penjuru di dunia akan ada di Busan," kata Ricky di Jakarta, Rabu (5/10).
Adapun BIFF merupakan festival paling bergengsi di seluruh Asia. Dimulai 13-21 September 1999, BIFF juga merupakan ajang festival film internasional, yang pertama kali diselenggarakan di Korea Selatan. Tahun lalu, BIFF ke-20 berlangsung 1-10 Oktober, menayangkan 302 film dari 75 negara di dunia, dengan jumlah total hadirin mencapai 227.377 penonton.
"Subsektor film merupakan prioritas kami di tahun ini, dan industri ini memiliki potensi yang luar biasa, untuk mendukung terwujudnya ekosistem ekonomi kreatif di Indonesia," ujar Kepala Bekraf, Triawan Munaf.
Di samping penayangan film, promosi para sienas muda dan Asian Project Market (APM), merupakan dua acara penting yang menjadi bagian dari festival. Lewat APM, yang sebelumnya bernama Pusan Promotion Plan, banyak sutradara film yang kemudian memperoleh pendanaan dari investor, di mana permodalan ini penting sifatnya bagi produksi film.
Deputi Pemasaran Bekraf, Joshua Puji Mulia Simanjuntak mengatakan, nama Indonesian Cinema dipilih lantaran dinilai mewakili industri perfilman lndonesia. Sementara tagline 'Indonesian Cinema Stories from 17.000 Wonderlands', ditentukan untuk menggambarkan betapa kayanya Indonesia akan inspirasi cerita.
Joshua melanjutkan, film adalah karya yang memiliki softpower. Cerita kreatif yang dipaparkan dalam film, harapannya dapat sekaligus memberikan sifat imateriai atau menularkan kebudayaan, beserta aktivitas penyertanya terhadap negara lain, tanpa pemaksaan. Dukungan ini juga merupakan wujud misi Bekraf ketiga, yaitu mendorong inovasi di bidang kreatif, yang memiliki nilai tambah dan daya saing di dunia internasional.