Rabu 28 Sep 2016 07:15 WIB

Anak Dipukul Teman, Haruskah Dia Memukul Balik?

Rep: Desy Susilawati/ Red: Andi Nur Aminah
Anak bertengkar/ilustrasi
Foto: minnieland.com
Anak bertengkar/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam suatu lingkungan entah di sekolah ataupun di rumah pasti ada saja anak yang 'nakal'. Mereka suka memukul anak dan emosinya sering meledak. Hal ini diakui oleh psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani.

Misalnya anak bermain atau bergaul di tempat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau sekolah. Pasti saja ada anak-anak yang emosinya meledak. Anak mungkin berisiko terkena pukulan atau kecelakaan. Nah, jika sang anak baru berusia satu sampai tiga tahun, dia belum betul-betul bisa menilai ini benar atau salah.

Anak seusia ini, bisa menghadapi dua pilihan. Jika dia dipukul, maka akan muncul dua intruksi, pukul atau pukul balik. Anna mengatakan kondisi ini bisa membuat anak bingung. Dia bisa saja membatin, tadi saya dipukul, lalu pukul juga atau tidak ya?

Menurut Anne, biasanya ada instruksi yang hilang atau diabaikan oleh sang anak. Sehingga terkadang dia memutuskan untuk pukul saja. "Dia akan memperlakukan hal ini untuk semua. Bukan hanya pada anak yang memukul. Mau dipukul atau tidak, pokoknya dia akan ikut memukul," ujar Anna.

Karena itu, menghadapi situasi seperti ini, Anna menyarankan akan jauh lebih baik jika anak diberi satu instruksi yang jelas. "Kalau ada yang mukul, lapor guru. Kalau kenapa-kenapa, lapor huru. Jadi keyword-nya lapor ke guru. Dengan seperti itu anak sudah tahu, terarah apa yang bisa dia lakukan," tambahnya dalam peluncuran kampenye terbaru SGM Eksplore di Jakarta, Selasa (27/9).

Sementara anak empat sampai enam tahun bisa ajarkan dia mengenali situasinya. Misalnya, diperjelas lagi pada anak, siapa yang memukul duluan. "Apakah anaknya harus dipukul balik, tidak harus. Itu justru mengajarkan anak melakukan bullying. Tidak benar," ujarnya.

Yang benar, Anna mengatakan adalah melakukan penolakan asertif. "Ajarkan anak mengatakan: 'Aku tidak suka dipukul sama kamu. Kenapa kamu pukul Aku," ujarnya.

Menurutnya, hal ini memang membutuhkan kemampuan kognitif. Juga menilai kemampuan sosial dan emosional. Karena itu orang tua harus menstimulasi kemampuan sosial dan emosional pada anaknya. "Kemampuan emosional mengatur dirinya menstimulasi dengan cara-cara asertif. Jangan langsung menyuruh anak memukul dan mencelakakan teman. Minta dia menolak dipukul," sarannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement