Kamis 25 Aug 2016 11:11 WIB

Gunakan Komunikasi Efektif dan Positif dalam Hipno Parenting

Rep: Desy Susilawati/ Red: Andi Nur Aminah
Pola pengasuhan hipno parenting (ilustrasi)
Foto: flickr
Pola pengasuhan hipno parenting (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam melakukan hipno parenting, ada beberapa hal yang perlu diketahui orang tua. Pertama adalah model komunikasi yang efektif dan positif, untuk menginduksi perkembangan komunikasi pada anak. Mengetahui mekanisme pikiran bawah sadar anak, misalnya menghindari kata 'tidak' dan 'jangan' kepada anak di bawah sembilan tahun. Karena anak seusia tersebut lebih peka terhadap kalimat-kalimat aktif daripada kalimat pasif dan kalimat negatif (kata tidak dan jangan).

Psikolog keluarga dari Lembaga Bantuan Psikologi dan Pengembangan Diri, Nana Maznah Prasetyo, ini selanjutnya menyarankan orang tua menggunakan komunikasi verbal. Dengan cara memilih kata yang positif. Misalnya, ketika anak memiliki nilai buruk dalam mata peajaran di sekolah, lebih baik mengatakan, ”Papa atau mama percaya kamu akan lebih baik dan lebih rajin lagi”. Daripada mengatakan “Kamu kok malas sih”.

Dalam proses hipnosis, anak akan menyimpan dalam alam bawah sadarnya kata-kata yang ia dengar. 'Malas' atau 'rajin' akan memberikan pengaruh yang berbeda dalam diri anak.

Dalam kondisi rileks bisikan kata-kata yang diinginkan dengan lembut. Syaratnya, kalimat yang diucapkan harus positif (tidak boleh mengandung kata jangan dan tidak). Dalam bentuk present tense atau saat ini (tidak boleh akan, harus).

Lebih singkat pesan lebih baik dan diulang-ulang setiap hari. Misalnya, “Saya pandai matematika.”  “Saya bisa menghafal.” Atau bisa juga, “Mulai hari ini, setiap pagi saya bangun jam enam dengan senang hati.”

Atau untuk berhenti ngompol, Nina mengatakan bisa dengan cara membisikan kata, “Saya mengendalikan semua kebiasaan Saya. Saya bisa pipis di kamar mandi," ujarnya.

Selain dari perbuatan, kata-kata juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak. Hindari perkataan negatif seperti 'jangan', 'tidak boleh', 'kamu malas', 'dasar anak nakal'. Karena kata-kata itu akan tertanam dalam pikiran mereka bahwa mereka itu malas, nakal dan sebagainya.

Sebutlah anak sesuai apa yang menjadi harapan orang tua, seperti 'anak rajin, anak pintar. "Jadi mulai sekarang ubahlah kalimat-kalimat yang biasa disampaikan kepada anak menjadi kalimat positif, misalnya untuk: jangan pipis di celana, bisa diubah menjadi: mulai sekarang kamu bisa pipis di kamar mandi ya.

Contoh lainnya, mengubah kalimat: "Kamu itu malas karena tidak pernah merapikan mainannya," menjadi “Kamu bisa membereskan mainnya setelah dipakai, itu anak tanggung jawab," ujar Nina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement