REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog keluarga dari Lembaga Bantuan Psikologi dan Pengembangan Diri, Nana Maznah Prasetyo, menjelaskan pikiran anak-anak yang cenderung belum mampu berfikir secara logis, cenderung memberikan respons terhadap stimulus yang diterima, tanpa pertimbangan yang terlalu jauh. Kata-kata, tindakan dan sikap orang tua, dia mengatakan, 95 persen dan masuk dengan mudahnya ke pikiran bawah sadar anak-anak seolah-olah tanpa disaring.
Hipno parenting memiliki prinsip apa pun yang dikatakan orang tua pada hakikatnya adalah suatu proses hipnosis. Karena akan terpola pada pikiran bawah sadar anak. Pembina (orang tua, wali, guru, dan lainnya) sangat diharapkan sehat jiwanya, harus hati-hati dengan pikiran, ucapaan dan tindakan. Karena anak-anak mudah merekam dan akan menjadi memori jangka panjang dan terbawa sampai usia remaja bahkan sampai dewasa.
“Hipno parenting menjembatani masalah komunikasi antara orang tua dan anak yang kerap kali terjadi. Hipno parenting membuat orang tua jadi lebih mudah berkomunikasi dengan anak,” ujarnya dalam workshop 'Cara Mendidikan Anak dengan Hipno Parenting', di Satu Consulting, Selasa (24/8) lalu.
Teknik ini dilakukan pada saat anak berada pada gelombang pikiran alpha dan theta. Karena orang yang berada dalam keadaan hiposis, secara selektif menjadi fokus. “Hampir 90 persen pemikiran anak-anak didominasi oleh pikiran bawah sadar. Maka itu disinilah peran penting orang tua dalam pembentukan program bawah sadar anaknya,” ujarnya.
Teknik ini bisa diterapkan kepada anak sehat, cacat, sakit, maupun pada anak dengan kebutuhan khusus atau anak dengan keistimewaan. Teknik ini bisa dilakukan sejak anak umur nol hingga dewasa. Orang tua dapat melakukan hipnoterapi sendiri kepada anak, membimbing anak dengan menanamkan berbagai sugesti positif yang memberdayakan bagi anak. Menghipnoterapi berbagai masalah anak.
“Hipno parenting adalah teknik memengaruhi orang lain. Pengaruh ini harus diberikan sejak kecil, itu terus yang diulang. Kalau sejak kecil orang tua bicara pada anak dengan nada si, bukan do, orang tua bicara dan membuat anak tidak nyaman,” ujarnya.
Ini berkaitan dengan kemampuan komunikasi. Informasi yang diberikan pada anak harus konkrit dan jelas. “Karena omongan orang tua pada anak adalah mantra atau sabda,” jelasnya.