REPUBLIKA.CO.ID, Anak Anda sering mengompol? Malas belajar? Malas mandi? Sering bertengkar dengan adiknya? Atau memiliki kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya? Jangan khawatir, ada salah satu solusi yang bisa Anda lakukan. Cobalah hipnoparenting. Apakah itu? Simak artikelnya berikut ini.
Psikolog keluarga dari Lembaga Bantuan Psikologi dan Pengembangan Diri, Nana Maznah Prasetyo, menjelaskan hipno parenting berasal dari kata hiposis dan parenting. Hiposis berarti proses pemasukan informasi ke dalam pikiran manusia. Sedangkan parenting berarti segala sesuatu yang berususan dari orang tua dengan tugas-tugasnya dalam mendidik dan membesarkan anak.
“Jadi hipno parenting berarti pembinaan anak dengan memperhatikan pengaruh hiposis untuk selalu menanamkan rekaman atau sugesti positif pada jiwa bawah sadar anak,” jelasnya dalam workshop 'Cara Mendidikan Anak dengan Hipno Parenting', di Satu Consulting, Selasa (24/8) lalu.
Nana menjelaskan hiposis diperlukan dalam dunia parenting karena banyaknya masalah pengasuhan. Minimnya pengetahuan orang tua mengenai dunia parenting membuat hipno parenting menjadi pilihan praktis bagi orang tua. Tapi jika orang tua datang kepada terapis untuk mencari solusi maka itu dapat dibenarkan.
Ketika orang tua yang datang ingin membersekan masalah anaknya dengan membawanya kepada hipnoterapis dengan cuci tangan maka hal ini tidak dapat dibenarkan. “Mengapa? Karena pepatah mengatakan jika anak bermasalah maka sebenarnya yang bermasalah adalah orang tuanya (keluarga di mana anak dibesarkan),” jelasnya.
Nana menambahkan hipno parenting memang bisa membantu mengubah perilaku negatif anak. Hanya saja sebelum melakukannya harus ada proses dulu yakni proses tindakan dan ucapan yang baik. "Kalau tiba-tiba hipno, tidak berubah, artinya hipno parentingnya tidak mempan," katanya.
Dia menjelaskan, hipno parenting adalah teknik memengaruhi orang lain. Pengaruh ini harus diberikan sejak kecil, itu terus yang diulang. "Kalau sejak kecil orang tua bicara pada anak dengan nada si, bukan do, orang tua bicara dan membuat anak tidak nyaman,” ujarnya.
Ini berkaitan dengan kemampuan komunikasi. Informasi yang diberikan pada anak harus konkrit dan jelas. “Karena omongan orang tua pada anak adalah mantra atau sabda,” jelasnya.