REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekayaan dan keindahan alam yang dimiliki Indonesia tak terbantahkan. Hanya saja dari banyak potensi yang ada, belum semuanya tergarap maksimal. Termasuk keberadaan geopark yang dapat menjadi potensi pariwisata nasional.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata, Kementerian Pariwisata, Dadang Rizki Ratman mengatakan, Indonesia memiliki 40 geopark yang tersebar di seluruh nusantara. Namun sejauh ini baru dua geopark yang diakui dunia.
"Saat ini dari Indonesia baru dua yang masuk daftar UNESCO Global Geopark (UGG). Yaitu Geopark Batur di Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali dan Geopark Gunung Sewu di DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur," ujar Dadang di acara "Seminar Nasional Geopark untuk Pariwisata Nasional" di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Rabu (25/5).
Menurut Dadang, dengan legitimasi Geopark secara dunia memberi keuntungan pariwisata Indonesia. Diantaranya, Indonesia mengumumkan pada dunia komitmennya melestarikan alam dan pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk penyelamatan lingkungan dan kesepakatan tentang upaya melaksanakan pembangunan berkelanjutan.
"Selain itu kita semakin menyadari bahwa ternyata Indonesia mempunyai banyak potensi warisan geologi (geoheritage) berkelas dunia yang tersebar luas di wilayah nusantara, sehingga kita memiliki modal untuk mengembangkan geopark serta mengembangkannya lebih jauh menjadi wisata hijau atau wisata berkelanjutan," kata Dadang.
Dadang memberi contoh negara Cina dan Korea yang berhasil mengembangkan geopark. Cina berhasil mengembangkan Yuntashian Geopark dari awal dikunjungi 200 ribu wisatawan pada tahun 2000 kemudian meningkat menjadi 1,25 juta wisatawan dengan perolehan devisa sebesar 90 juta dolar AS pada tahun 2004 setelah dua tahun bergabung dengan GGN UNESCO. Sementara Korea berhasil mengembangkan Jeju Island Geopark.