Kamis 07 Apr 2016 13:32 WIB

Hampir 100 Persen Anak 17 Tahun Akses Pornografi

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Indira Rezkisari
Anak dan Pornografi (ilustrasi)
Foto: Antara
Anak dan Pornografi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tayangan visual, serta kecanggihan teknologi saat ini banyak disalahartikan oleh pelajar untuk mencari informasi dan data. Kondisi ini menjadi bumerang bagi orang tua ketika munculnya tayangan pornografi baik sadar maupun tidak.

Menurut Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat, Netty Prasetyani, Ia ingin mengingatkan kembali kepada para orang tua bahwa hampir 100 persen anak-anak diIndonesia yang berusia 17 tahun sudah pernah membuka situs porno. Mereka mengakses situs tersebut,  baik secara langsung maupun tidak.

"Data tersebut, telah disampaikan Kementerian Komunikasi dan Informasi RI," ujar Netty pada Sosialisasi Bahaya Pornografi Tahun 2016 dengan tema Pornografi No Prestasi Yes di Aula Kantor PKK Provinsi Jawa Barat, Rabu petang(6/4).

Netty mengatakan, jika anak-anak telah terpapar pornografi, maka sudah dipastikan sistem otaknya akan rusak dan ada hormon yang membuat rasa ketagihan atas tayangan tersebut.

Sehingga, kata dia, biasanya akan menuntut untuk membentuk sebuah perpustakaan porno yang menimbulkan kekerasan seksual seperti yang banyak terjadi di Jawa Barat. Padahal, Netty yakin anak-anak memiliki potensi yang luar biasa.

"Maka anak-anak harus dikembangkan dan dijaga sampai mereka menjadi orang yang sukses di masa akan datang," kata Netty.

Menurut Netty, semua orang tua harus waspada dan sadar. Bahwa, peran orang tua sangat besar bukan hanya sekedar memberikan kebutuhan fisik. Tetapi, bagaimana caranya membangun nilai-nilai agama, kebenaran dan kebaikan melalui komunikasi tatap muka.

"Saya berharap, pelajar dapat memanfaatkan dengan sebaik mungkin dalam menggunakan alat komunikasi sebagai jendela ilmu bukan sebagai hal yang negatif," katanya.

Netty berharap, kader PKK dari Pokja I, sesuai dengan tupoksinya bisa mengedukasi masyarakat tentang bahaya pornografi. Yakni, regulasi apa yang harus dibangun dan bagaimana membangun strategi komunikasi di keluarga.

"Agar, akan terdeteksi secara dini mana saja anak yang terpapar pornografi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement