REPUBLIKA.CO.ID, Model, presenter, dan bintang sinetron Ersa Mayori sepakat dengan ungkapan anak adalah peniru ulung. Ia mengaku percaya bahwa anak-anak belajar dari cara mencontoh.
“Daripada kita ngomong panjang dan lebar teori, mungkin nggak begitu banyak yang terserap. Tapi kalau kita contohkan, kadang tanpa perlu ngomong panjang lebar itu bisa lebih efektif,” ujarnya.
Salah satu contohnya saat Ersa ingin anaknya makan sayur, ia akan memberi contoh yang baik dengan makan sayur di depan anak-anaknya. Selain hal baik, anak juga mencontoh hal buruk dari orang tuanya. Misalnya, ketika Ersa bekerja, ada hari-hari dimana ia dan suaminya capai, lelah, kesabaran menurun, sehingga ia bisa emosi ketika menghadapi anak. Bahkan melontarkan kata-kata yang agak galak.
Ternyata dicontoh anaknya yang pertama, dia melakukan hal yang sama kepada adiknya. Misalnya masalah mandi, si kakak akan mengatakan pada adiknya, ”adik harus keramas dong kalau mandi. Jadi dia seolah-seolah bersikap sebagai mamanya ke adiknya.”
Ersa lalu menasehati sang kakak dan berkata kakak tidak perlu marah-marah gitu. Akhirnya Ersa berpikir,”oh iya ya Saya kalau ngomong ke dia begitu, jadi tanpa disadari itu, dia tiru lalu dia terapkan lagi. Jadi kadang-kadang Saya malu juga melihatnya."
Belum lagi saat Ersa sibuk dandan dan mencatok rambut ketika harus bekerja, tanpa disadari anandanya menirunya mencatok rambut. Bahkan untuk hal-hal kecil, anak Ersa juga suka meniru. Misalnya Ersa suka memakai daster di rumah tidak mau memakai piyama, anak-anaknya juga sama, lebih suka pakai daster.
Ersa menyadari kalau yang dicontoh anaknya bukan saja hal baik, tapi juga hal buruk, bagi dia itulah tantangan sebagai orang tua. “Jadi mereka tuh akan mengikuti, jadi sebenarnya kalau kita sadar, kalau kita melakukan kegiatan bisa dicontoh anak-anak, idealnya sih kita di depan mereka lakukan hal baik yang bisa dicontoh mereka,” ujarnya.
(baca: Ortu Ketahuilah, Anak adalah Peniru Ulung)