REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Hanbok, pakaian tradisional Korea Selatan ini sebagian besar sudah hilang perannya sebagai pakaian sehari-hari bagi masyarakat modern di Korea. Saat liburan tradisional di Korea atau Seollal, merupakan kesempatan untuk mengenakan pakaian tradisional hanbok untuk lebih melestarikan budaya ciri khas pakaian negeri gingseng tersebut.
Tetapi bagi anak muda Korea, sebagian besar hanbok sudah tidak relevan. Bahkan untuk acara-acara seperti Seollal pun, kini banyak anak muda Korea yang enggan memakainya.
Dilansuri Koreatimes, menurut survei terakhir, 84,7 persen warga Korea berusia 20 hingga 30 tahunan tidak memakai hanbok selama liburan Seollal atau Chuseok. "Sekitar 300 warga Korea berusia 20 tahun hinga 30 tahun yang tinggal di Seoul dan Provinsi Gyeonggi, tak lagi memakai hanbok," ujar Seo Kyoung-duk, Humas Korea sekaligus profesor di Sungshin Women's University, Ahad (7/2).
Mereka beralasan hanbok tidak nyaman dipakai, mahal, sulit diurus dan ketinggalan zaman. Kyeong-duk mengatakan, agar masyarakat Korea tertarik untuk memakai hanbok, banyak masukan dari netizen khusunya yang meminta desain hanbok harus dimodernisasi. "Hanbok harus menjadi lebih nyaman dipakai, jasa penyewaan hanbok juga harus lebih mudah diakses."
Untuk mengampanyekan Seollal, Seo meluncurkan kampanye Seollal ini di media sosial. Langkah tersebut sebagai upaya mempromosikan hanbok.