REPUBLIKA.CO.ID, Suhu udara yang sejuk dengan pemandangan hijau khas Pulau Dewata membuat area Kaldera Batur menjadi salah satu destinasi utama para wisatawan. Gugusan gunung yang dipercantik oleh danau nan asri sangat memikat mata. Namun siapa sangka, kombinasi struktur alam ini terbentuk karena letusan Gunung Api Batur sekitar 20 ribu tahun lalu.
Selain keunikan karakter alamnya, area Kaldera Batur memiliki keragaman hayati dan budaya yang menarik untuk diketahui. Siapapun dapat menggali informasi tersebut di Museum Geopark Batur, Bangli.
Pemandu Museum Geopark Batur, Ida Ayu Komang Indrawati mengatakan, bangunan milik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ini mempunyai dua lantai. "Lantai pertama berisi tentang informasi kebumian Kaldera Batur dan proses pembentukkan pulau bali secara geografi," katanya saat memandu sejumlah wisatawan, kemarin (27/1).
Di sini, koleksi yang ditampilkan berupa bebatuan pembentuk lapisan tanah kawasan Batur. Termasuk material vulkanik yang terbentuk akibat aktivitas gunung berabad-abad lalu. Sementara di lantai kedua terdapat penjelasan mengenai keberagaman flora dan fauna setempat. Namun sebelum masuk ke lantai dua, pengunjung akan disuguhi hawa sejuk pegunungan dan pemandangan hijau pepohonan dengan diameter batang yang cukup besar.
(baca juga: NY Times Kabarkan Jakarta Miliki Museum Seni Kontemporer Pertama)
Sebab pengelola museum telah menyediakan jalur khusus yang terbuka ke alam bebas. "Jalur ini memang sengaja kami buat agar pengunjung tidak merasa bosan, karena beraktivitas dalam ruangan terus," kata Ida. Bahkan, jika beruntung, kita bisa menemukan hewan asli Batur, seperti burung-burung kecil, serangga, dan tupai.
Di lantai dua, koleksi kebudayan berupa diorama dan arca pun diperlihatkan. Salah satu yang unik adalah kerangka Wanita Pacung yang berusia lebih dari dua ribu tahun. Para arkeolog memperkirakan, wanita pacung merupakan manusia asli Batur dengan karakter wajah yang khas, yaitu memiliki bentuk rahang tegas dan tajam.
Gunung Batur diketahui telah meletus sebanyak 26 kali. Sembilan diantaranya paling dahsyat dan terbesar terjadi pada 1926.