Kamis 26 Nov 2015 09:24 WIB

Ingin Anak Mandiri? Yuk, Sontek Pola Asuh Jepang

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Para ibu Jepang mengajarkan anaknya kemandirian ala 'Shitsuke' dengan tujuan membesarkan anak-anak yang independen di usia dewasa.
Foto: flickr
Para ibu Jepang mengajarkan anaknya kemandirian ala 'Shitsuke' dengan tujuan membesarkan anak-anak yang independen di usia dewasa.

REPUBLIKA.CO.ID, Beda tempat, beda kebudayaan, beda pengalaman akan membuat pola asuh berbeda pula. Begitu juga dengan pola asuh di Indonesia dan di Jepang. Hal ini diungkapkan oleh Psikolog anak, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi.

"Jepang itu negara lain, mereka bukan kita, tapi tidak salahnya  mereka memiliki nilai positif bagus kita bisa mengambilnya, menconteknya dan menirunya," ujar Vera dalam acara bincang-bincang 'Learning from the Positive of Japanese Parenting', Rabu (25/11).

Pola asuh itu seni menurut Vera. Bisa diambil dari mana saja. Tapi pola asuh dipengaruhi oleh kebudayaan.

Untuk di Jepang, anak-anak sesudah usia lima atau enam tahun akan dibiarkan pergi ke sekolah sendiri. Hal ini juga diterapkan pada Noe Ando (7 tahun) yang berangkat dan pulang sekolah naik kereta api sendiri. Bahkan ibunya pun tidak takut anaknya itu kesasar. Ia justru mengajarkan anaknya untuk memecahkan masalahnya sendiri apabila tersesat.

Berbeda dengan Indonesia yang tidak aman. Orang tua tidak mungkin meninggalkan anaknya sendiri. Pergi dan pulang sekolah sendiri.

(baca: 10 Langkah Membesarkan Anak Bahagia)

Selain itu, di Jepang, anak sudah dibiasakan melakukan apapun sendiri sejak usia dini. Berbeda dengan Indonesia yang biasanya selalu melayani anaknya. Mandiri itu tidak instan, harus dibiasakan dari awal. Begitulah yang terjadi diajarkan di Jepang.

Vera mengatakan, masyarakat Jepang menganut filosofi disiplin dalam mendidik anak. Disiplin itu, buat orang-orang Jepang diibaratkan teknik jahit jelujur. Resleting supaya tidak gerak atau diam menggunakan teknik jelujur. Kalau dalam bahasa Jepang itu shitsuke atau bahasa Inggris disebut basting.

Jadi maksud disiplin itu adalah diberikan pada anak untuk sementara waktu sampai anak bisa mengurus sendiri dirinya pada akhirnya. “Umpamanya seperti resleting itu,” ujarnya.

Sumber disiplin anak Jepang adalah ibunya. Jadi kalau mau anaknya disiplin ibunya juga mesti disiplin. Misalnya anak tahu kapan waktunya makan, tidur, sekolah dan lainnya. "Berikan contoh sikap disiplin pada anak," sarannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement