Kamis 19 Nov 2015 09:44 WIB

Dot Khusus Bantu Bayi Prematur Mengisap Lebih Baik

Rep: Nora Azizah/ Red: Indira Rezkisari
Ibu dan bayinya.
Foto: Reuters
Ibu dan bayinya.

REPUBLIKA.CO.ID, Bayi dengan kebutuhan khusus memerlukan alat bantu untuk minum ASI ketika tidak bisa menyusu melalui payudara ibu. "Apabila harus menggunakan dot, maka harus menggunakan dot dengan aliran susu lebih lambat," kata Satoru Saitou selaku General Manager Chief Investigator Research and Development Div. Breastfeeding Laboratoty-Pigeon Corporation Japan dalam sebuah konferensi pers.

‎Pada kondisi bibir sumbing ada beberapa kesulitan bagi bayi saat menyusu. Dalam kebanyakan kasus terkadang kondisi bibir sumbing dan langit-langit memiliki celah. Hal ini membuat bayi kesulitan menyusu langsung pada payudara ibu. Bayi mengalami kesulitan menempelkan bibirnya pada puting payudara ibu karena bentuk mulut yang bercelah. Akibatnya, tekanan negatif tidak muncul sehingga tak dapat melakukan proses mengisap dengan benar.

‎Hasil penelitian juga menyebutkan, gerakan peristaltik lidah dan menelan pada kondisi bayi bibir sumbing bisa diatasi dengan penggunaan dot khusus. Penggunaan dot memang tidak menyusu langsung pada payudara ibu. Namun dapat membantu bayi mendapatkan ASI dengan baik. Dot khusus bayi berkebutuhan khusus secara dominan memudahkan bayi untuk menghisap.

(baca: Ortu, Urutan Kelahiran Anak Pengaruhi Kepribadiannya Lho)

Desain dot terletak pada bagian 'empeng' yang diciptakan secara khusus. "Desain disesuaikan dengan permasalah kondisi bayi bibir sumbing pada umumnya," lanjut Saitou. ‎Dot tidak mengganjal celah bibir dan bayi mampu menghisap menggunakan gerakan peristaltik lidah. Kemudian bayi bisa menelan dengan mudah tanpa menumpahkan susu atau tersedak.‎

Sementara pada kasus bayi prematur dengan berat badan rendah, permasalahan umum terletak pada lemahnya kekuatan menghisap dan menelan. Pediatrics Department of Tokyo Jikei University Hospital bersama Pigeon melakukan kolaborasi penelitian terhadap proses bayi bernapas dan menelan di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) pada 2005 sampai 2009 silam.

Penelitian Pigeon ini fokus meneliti aliran susu yang masuk ke rongga mulut. Aliran susu tersebut menjadi faktor potensial yang menghambat pernapasan bayi. Hipotesis penelitian menyatakan, aliran susu yang masuk ke dalam rongga mulut bayi meningkatkan frekuensi gerakan menilan sehingga menyumbat aliran pernapasan.

Dalam penelitian tersebut para ilmuwan mencoba mengaitkan mengenai pengurangan jumlah aliran susu yang masuk ke rongga mulut. "Kami ingin melihat, jika jumlah aliran susu dikurangi apakah berpengaruh mengurangi frekuensi terhambatnya saluran pernapasan," jelas Saitou. Hasil penelitian menyebutkan, bayi prematur dengan berat badan rendah mampu bernapas dan menelan secara baik ketika menggunakan ‎dot beraliran susu lebih lambat.‎

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement