REPUBLIKA.CO.ID, Melihat pertumbuhan dan perkembangan masa-masa batita merupakan kebahagiaan yang tidak dapat dibayar. Ada di sisi anak saat ia tengkurap pertama kali, mendengarnya mengucapakan kata pertama, melihatnya tumbuh gigi pertama, merupakan momen yang tidak pernah dilupakan orang tua.
"Ini kepuasan saya mendidiknya secara langsung, melihat tumbuh kembangnya. Anak saya tiga masih kecil-kecil masih usia emas jadi mereka benar-benar butuh bimbingan dan teladan dari orang tua," ujar Muhammad Agus Riza Hufaida, advokat pembela hak pesepakbola Indonesia, kepada Republika.co.id.
Agus pun memilih banyak bekerja rumah, ketimbang menghabiskan waktunya di kantor firma hukum yang sibuk, demi melihat langsung tumbuh kembang anaknya.
Menurutnya, melihat anak-anak tumbuh dan tahu bagaimana caranya tumbuh sudah menjadi kewajiban bagi setiap orang tua dan sudah bukan sesuatu hal istimewa lagi. Justru akan aneh bila orang tua tidak tahu bagaimana anaknya tumbuh, bagaimana anaknya tiba-tiba sudah mampu berdiri.
Semenjak anak pertamanya lahir, Riza memutuskan untuk bisa dekat dengan anak-anak. Ia melihat kebanyakan anak umumnya tumbuh lebih dekat dengan ibunya, karena itu Riza berupaya ekstra keras mendekatkan diri dengan anak-anaknya.
"Kebetulan anak saya tiga laki-laki semua, nah anak laki-laki harus dekat dengan ayahnya, kalau sama ibunya sudah tentu," ujar Riza.
Menurut pria yang juga aktif di Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) terkadang ayah tidak harus selalu terlibat dalam setiap permainan anak-anak. Asalkan ketika anak menengok ke dalam rumah dia tahu kalau ayahnya ada, kemudian anaknya akan bermain lagi. Selang beberapa waktu anaknya akan menengok lagi dan melihat ayahnya masih ada di dalam rumah.
"Yang penting bagi anak-anak itu 'oh bapaknya ada di rumah', cukup, mereka bisa meneruskan main lagi," ujarnya
Akan tetapi saat Riza harus menerima klien di rumah atau menerima telepon dari klien, Riza mengaku sudah mewanti-wanti anak-anaknya untuk tidak mengusiknya dulu sampai pembicaraan dengan kliennya selesai.
Kedekatan yang dibangunnya bukan hanya dengan selalu bersama anak-anak di rumah, tapi juga mencoba dekat dengan mereka dalam hal apapun. Misalnya menemani mereka bermain sepak bola di lapangan komplek, terkadang sambil ikut bermain, atau justru membawa anak-anak untuk melihat ayahnya bermain futsal dengan teman-temannya.
"Kalau malam, karena yang besar sudah sekolah kelas tiga SD kadang menemani belajar, temani mengerjakan tugas–tugasnya ya bareng orang tua," ujarnya.