REPUBLIKA.CO.ID, Kecanduan anak-anak terhadap game dan perangkat mobile tampaknya sudah menjadi fenomena yang jamak untuk saat ini. Beberapa kalangan pemerhati masalah anak pun melihat pemandangan semacam itu cukup mengkhawatirkan.
Seolah sudah menjadi bagian dari tren hidup, sebagian anak-anak masa kini lebih banyak menghabiskan waktu mereka dengan video game dan berbagai macam aplikasi digital. Kemana pun mereka pergi, selalu harus ada iPad, tablet PC, atau smartphone, untuk menemani mereka. Mereka seakan tidak bisa dipisahkan lagi dari perangkat-perangkat elektronik tersebut.
Anak-anak pun enggan untuk bermain di alam bebas, karena pikiran mereka sudah ‘tersedot’ oleh layar mungil yang ada di depan mata mereka. Yang lebih mencemaskan lagi, kecanduan game bisa saja membuat mereka jarang bergaul dan bersosialisasi di dunia luar. Hal itu tentunya bisa memberikan dampak yang tidak baik bagi perkembangan jiwa mereka kelak.
Pertanyaannya, apakah para orang tua sekarang akan terus membiarkan anak-anaknya menghabiskan waktu dengan hiburan digital sepanjang waktu? Apakah kita akan membesarkan generasi penerus yang memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap media digital?
Banyak orang tua khawatir jika anak-anak mereka tidak bisa menjalani hidup dengan baik tanpa adanya stimulasi elektronik seperti video game dan perangkat-perangkat mobile. Untuk itu, ada beberapa kiat yang patut dicoba untuk melepaskan anak-anak dari kecanduan media digital tersebut, seperti dilansir Forbes, beberapa waktu lalu.
Maksimalkan peran Anda sebagai orang tua
Jangan hanya menuntut anak-anak Anda untuk mematikan konsol game yang mereka mainkan. Anda harus mengajari mereka cara mengisi waktu luang yang baik. Untuk itu, pendekatan parenting sangat dibutuhkan di sini.
Pada laman surat kabar The New Yorker, Evgeny Morozov menulis sebuah artikel berisi tentang beberapa cara mengatasi kebosanan ketika orang-orang terputus dari dunia digital. Salah satu caranya adalah dengan mematikan semua perangkat elektronik setiap akhir pekan. Baik itu smartphone, laptop, dan sebagainya.
Di samping itu, istirahatkan pikiran beberapa hari dari hiruk-pikuk dunia sosial media. Sekilas, solusi yang disarankan Morozov tersebut mungkin tampak baik dan berguna buat orang dewasa. Akan tetapi, penerapannya untuk anak-anak tidaklah sesederhana itu.
Kebosanan yang dirasakan anak-anak kadangkala bisa menjadi sangat radikal, dan itu tidak bisa dihilangkan lewat cara-cara yang spontan dan radikal pula dengan hanya mengucapkan ‘matikan video game-mu’ kepada mereka.
Anak-anak perlu diajarkan apa yang harus mereka lakukan di kala waktu senggang. Orang tua harus menawarkan cara-acara alternatif. Orang tua harus duduk di samping mereka dan mendorong mereka untuk menggambar atau membuat komik sendiri. “Orangtua perlu model permainan imajinatif dan bermain bersama anak-anak,” tulis Jordan Shapiro dalam artikelnya, '3 Tips For Disconnecting Kids From Over-Stimulation, Video Games, And Digital Media'.