Senin 14 Sep 2015 17:20 WIB

Eksotika Komodo dan Permata Biru Labuan Bajo

Pemandangan Taman Nasional Komodo.
Foto:
Eksotika pantai menuju Taman Nasional Komodo.

Picu pertumbuhan ekonomi

Sejak ditetapkan sebagai 7 Keajaiban Dunia Baru, Taman Nasional Komodo menjadi perhatian publik dunia. Hal ini kemudian mengundang turis dari berbagai negara untuk datang. Berdasarkan data yang dimiliki Taman Nasional Komodo, jumlah turis, yang didominasi turis asing, cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Pada 2013, taman nasional satu-satunya di dunia yang menjadi habibat asli komodo ini dikunjungi 54 ribu turis. Pada 2014, jumlah turis meningkat menjadi 67 ribu orang. Kedatangan turis-turis ini pun mendorong pertumbuhan ekonomi di Labuan Bajo.

Selama di daratan Labuan Bajo, saya melihat banyak proyek pengaspalan jalan. Banyak pula hotel yang tengah dibangun. Bandara Komodo yang menjadi salah satu pintu masuk menuju Labuan Bajo juga baru selesai diperluas. Restoran-restoran dengan konsep unik yang menghadap laut mudah ditemukan.

Selain itu, sebuah rumah sakit pertama di Labuan Bajo tak lama lagi akan segera berdiri. “Pembangunan di sini pesat sekali. Tahun 2012 Labuan Bajo belum semaju ini,” ucap Halu.

Taman Nasional Komodo juga memberdayakan warga lokal agar dapat menikmati buah manis dari pesatnya pertumbuhan ekonomi. Ada sekitar 60 warga lokal yang diberdayakan sebagai pemandu wisata. Semua turis yang datang wajib memakai jasa pemandu lokal.

Makasau, salah satu pemandu lokal asal Pulau Komodo, menceritakan kesehariannya bekerja pada saya. Dari sekali memandu turis untuk treking jarak dekat dan menengah, ia akan mendapat upah Rp 80 ribu. Namun, jika turis memilih treking jenis adventure dengan jarak 16 kilometer, Makasau akan mendapat upah Rp 500 ribu. Dalam sehari, rata-rata ia bisa memandu dua sampai tiga turis.

Makasau fasih menjelaskan secara ilmiah fakta-fakta tentang komodo dalam bahasa Inggris. Maklum, mayoritas turis yang datang melihat komodo memang orang asing. Secara berkala, ia dan para guide lain juga mendapat pelatihan dari Taman Nasional Komodo untuk meningkatkan kapasitas mereka sebagai seorang pemandu wisata.

Sebelum Pulau Komodo dijadikan sebagai kawasan taman nasional, Makasau dan teman-temannya berprofesi sebagai nelayan. Kini, selain menjadi guide, warga lokal ada yang berprofesi sebagai pengrajin souvenir dan pengusaha penginapan.

Kepala Taman Nasional Komodo Helmi menyebut kegiatan ekowisata di Labuan Bajo memiliki nilai ekonomi Rp 3,2 triliun per tahun. Dia bertekad menjadikan Taman Nasional Komodo sebagai destinasi ekowisata kelas dunia yang terdepan dalam mengelola kawasan konservasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement