REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk pertama kalinya ajang Festival Bahari Alor 2015 digelar. Event yang berlangsung pada 16 hingga 18 September 2015 itu akan diisi dengan sejumlah kegiatan bahari. Salah satunya upacara Gala Soro. Apa itu?
Adi Gerimu, Ketua Pelaksana "Festival Bahari Alor 2015" mengatakan, Gala Soro merupakan satu upacara yang menggambarkan pesta kemenangan masyarakat Baranusa di Pulau Pantar saat kembali dari medan perang yang sarat akan atraksi budaya.
Pada kegiatan ini masyarakat dari berbagai suku yang tersebar di 17 Kecamatan di Kabupaten Alor akan terlibat sebagai peserta, menaiki 100 kapal tradisional khas suku masing-masing.
"Ada sekitar 100 kapal dari segala penjuru Kabupaten Alor yang akan 'membelah' birunya laut Alor, menuju ke arah penonton di Pantai Sebanjar, Desa Alor Besar, Kecamatan Alor Barat Laut. Ada lebih dari 1.000 peserta yang memenuhi kapal-kapal itu," kata Adi di Jakarta, Kamis.
Setiap kapal nantinya akan berisi lebih dari 10 pria atau ksatria berpakaian adat. Setiap kapal yang ditumpangi Raja atau Panglima Perang dikawal oleh sembilan kapal lainnya. Ada yang membawa tombak, kelewang (pedang), ada juga yang memegang busur dan panah.
Sambil menyanyikan lagu adat dan berbalaskan pantun, peserta mengarahkan busur panah ke berbagai daerah. Ada juga yang memamerkan keahlian mereka saat bermain pedang dalam tarian adat Cakalele (tari perang) dengan penuh semangat kegembiraan.
"Tarian, nyanyian, pantun serta sorak gembira berlatar belakang pulau-pulau, menghantar satu per satu kapal yang berisikan pasukan perang bersandar ke Pantai Sebanjar," kata dia.
Selanjutnya para pasukan perang turun dan tetap melakukan tarian Cakalele sambil menghantarkan Raja atau Panglima Perang menuju podium untuk mengumumkan kemenangan yang diraih di medan perang.
"Pesta adat Gala Soro pun berakhir dengan sorak gembira kaum wanita dan anak-anak yang sudah lama menunggu, lalu berbaur bersama pasukan perang dan menyatu dalam tarian Lego-Lego," ujarnya.
Lebih lanjut Bupati Alor Amon Djobo mengatakan, acara ini sekaligus sebagai usaha untuk menghidupkan kembali tradisi tersebut yang sudah hampir hilang.
"Nilai budaya yang mulai hilang kita angkat lagi untuk generasi sekarang, sehingga pergumulan Alor bisa dilestarikan," kata dia.