Jumat 07 Aug 2015 10:52 WIB

Risiko Memberi Susu Formula tak Sebanding Kepraktisannya, Lho

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Susu formula yang dijual di Pasar Swalayan
Foto: AP
Susu formula yang dijual di Pasar Swalayan

REPUBLIKA.CO.ID, Banyak ibu memilih tidak lagi menyusui bayinya, selepas ASI eksklusif. Mereka lebih memilih memberikan susu formula, karena alasan kepraktisan atau lainnya.

Padahal memberikan susu formula bisa mengakibatkan berbagai risiko penyakit, baik untuk si bayi maupun ibunya. Menurut WHO dalam kode internasional pemasaran produk pengganti ASI menyebutkan bahwa orang tua harus diberitahukan mengenai bahaya-bahaya kesehatan yang ditimbulkan sebagai akibat pemakaian susu formula yang tidak diperlukan atau tidak benar. Apa saja risikonya?

Dalam materi yang diberikan oleh Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), disebutkan sejumlah penyakit yang mungkin diderita ibu dan bayi saat bayi hanya mengonsumsi susu formula seperti dikutip dari laman Infantsecure.  Pada bayi yang tidak disusui memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit diare, radang paru-paru, infeksi telingan tengah, infeksi akibat kontaminasi formula, alergi dan asma.

Selain itu, bayi tersebut juga lebih berisiko alami kurang gizi, malformasi gigi-geligi, penurunan perkembangan kognitif, kanker di masa kanak-kanak dan obesitas. Mereka juga berisiko tinggi terhadap penyakit jantung, diabetes bahkan kematian. 

Sementara ibu yang tidak menyusui memiliki risiko lebih tinggi terhadap kanker payudara, kelebihan berat badan, kanker ovarium dan encometrium. Ibu tersebut juga berisiko alami osteoporoposis, jarak antar kelahiran yang berdekatan, stress dan kecemasan serta rheumatoid artritis juga diabetes. 

Mengerikan bukan? Karena itu bagi ibu menyusui sebaiknya susui bayi dengan benar. ASI eksklusif selama enam bulan, lalu setelah enam bulan ditambah MPASI. Kemudian lanjutkan menyusui hingga anak berusia dua tahun. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement