REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Proses pengajuan tempe sebagai warisan budaya dunia ternyata membutuhkan proses dan jangka waktu yang panjang. Sehubungan dengan itu, PERGIZI PANGAN Indonesia membuat beberapa tahapan.
Sejak 2014 lalu, PERGIZI PANGAN Indonesia telah memulai dengan tahap inisiasi. Pada tahun 2015, kemudian menjadi tahap dokumen awal. Pada tahun 2016 direncanakan tahap dokumen final, yang akan disampaikan kepada Kemendikbud. Tahun 2017 merupakan tahap pengajuan ke UNESCO oleh Kemendikbud. Puncaknya, pada tahun 2018 diharapkan diterima oleh UNESCO.
Untuk mencapai tujuan tersebut, PERGIZI PANGAN Indinesia membentuk panitia khusus. "Saat ini sedang dilakukan pengalangan dukungan dari berbagai pihak terkait, di antaranya Pemerintah, LSM, Organisasi Profesi, Pakar Pangan dan Gizi, Organisasi Mahasiswa, dan masyarakat," jelas ketua panitia penyusunan naskah tempe, Teguh Jati Prasetyo.
Selain itu, menurut Teguh juga dilakukan penggalangan secara online dengan alamat https://www.change.org/pZmendikbud-aniesbaswedan-unisco-indonesia-support-tempe-as-indonesian-cultural-heritage yang sudah mendapatkan lebih dari 19.000 pendukung terhitung sampai 29 Juli 2015.
Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB) DR Arif Satria mengatakan, pada awal tahun ini, FEMA IPB, PERGIZI PANGAN Indonesia, dan Forum Tempe Indonesia telah melakukan audensi kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
"Ini telah mendapat dukungan dari Mendikbud untuk mempersiapkan naskah tempe sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity (ICHH)," katanya.
Sementara itu, Dirjen Kebudayaan Prof Dr Kacung Marijan mengatakan, Kemendikbud siap menfasilitasi pengajuan tempe ke UNISCO sebagai ICHH. Menurutnya, budaya tempe dapat dipertahankan bahkan dikembangkan, serta akan bermanfaat ganda baik secara kesehatan ataubpun secara sosial-budaya.
"Dengan diterimanya tempe sebagai ICHH, status dan pemanfaatan tempe akan semakin meningkat, baik bagi rakyat Indonesia maupun dunia," jelasnya.