REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Ramadhan telah memasuki pekan-pekan yang akan dipadati dengan perjalanan mudik. Bagi orang tua yang mengajak anaknya mudik tentu harus memerhatikan asupan makanan dan minuman, apalagi jika sang anak sedang tidak berpuasa.
Urusan makan selama di perjalanan maupun di kota tujuan, selalu menempati urutan paling atas. Sebab, jangan lupa, untuk bisa menikmati perjalanan mudik, si buah hati pasti membutuhkan tenaga. Apalagi satu-satunya sumber energi berasal dari makanan.
Disarankan membawa makanan-makanan kecil yang padat kalori. Contohnya, kue, roti, atau makanan buatan sendiri. Ditambah lagi susu, dan buah-buahan. Tujuannya, untuk mengantisipasi bila sulit memperoleh makanan yang sesuai atau yang disukai anak, atau kalau anak enggan makan karena asyik bereksplorasi.
Dengan memberikan bekal makanan tersebut sebagai selingan, tentunya tubuh anak akan tetap mendapatkan energi, sekali pun jadwal makannya mungkin bergeser atau berubah, tergantung keputusan melanjutkan puasa atau tidak. Psikolog anak, Ratih Zulhaqqi, M.Psi pun menyarankan jika anak tidak puasa maka perlu diberi makanan ringan.
"Kalau mereka tidak puasa ya tak apa kasih camilan," ujarnya kepada Republika.
Menurutnya, risiko pergeseran jadwal makan memang sering tak terelakkan. Selama perjalanan, penerapan jadwal makan seharusnya agak fleksibel, tidak sekaku seperti di rumah. Selama di perjalanan jika mampir menginap di hotel maka urusan makanan lebih mudah karena sudah tersedia. Anak-anak pun boleh memilih sendiri menunya.
Prinsipnya waktu makan tersebut bisa diganti. Misalnya, kalau jadwal makan siangnya bergeser, anak bisa diberi makanan pengganti berkadar gizi tinggi, seperti kue, roti, buah, cokelat, atau makanan lainnya. Yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan gizi dan juga total kalori yang dibutuhkan anak sehari-hari untuk beraktivitas, harus selalu dipenuhi.