REPUBLIKA.CO.ID, Untuk membiasakan anak-anak mengkonsumsi sehat, sebuah kantin di kawasan New South Wales mulai menyajikan makanan lebih sehat dan tidak lagi makanan yang mengandung garam, gula, dan zat pengawet tinggi.
Shane Runciman dari Wiradjuri, New South Wales mulai mengelola kantin di sekolah Kyogle di awal tahun ini. Tapi kantin sekolah ini bisa dikatakan berbeda, karena mencoba mengurangi produk-produk makanan tidak sehat. Termasuk makanan yang sudah melalui proses dan mengandung zat kurang menyehatkan.
Sebagai gantinya, ia menyajikan makanan sehat yang juga dipengaruhi oleh makanan tradisional penduduk asli benua Australia, yakni suku Aborigin. Sebelumnya, Runciman memiliki perusahaan katering yang memang khusus menyajikan makanan khas Aborigin. Ia pun ingin mengajak anak-anak untuk terbiasa mengkonsumsi makanan sehat.
"Filosofi di balik film Fed Up dan Food Inc menjadi latar belakangnya," ujarnya. "Sebaiknya kita tidak mengkonsumsi gula dan garam berlebihan, tidak sehat, mengundang penyakit, sehingga perlu ditanggulangi dan yang kita lakukan bisa menjadi awal yang baik."
Dari temuannya, terutama di kawasan Northern Rivers, 40 persen anak-anak kelebihan berat badan. Runciman sudah tidak lagi menyajikan minuman dengan kandungan gula tinggi, termasuk es krim dalam kemasan dan kue-kue yang dikemas beku.
"Saya baca ada zat-zat pengawet dan ada di dokumen kalau zat ini menyebabkan tumor pada tikus dan zat lainnya menyebabkan asma pada anak-anak."
Selanjutnya ia akan menarik produk chicken nugget, meski akan membuat anak-anak kecewa. "Kandungan ayamnya hanya 49 persen, sisanya tepung roti, zat pengawet, dan zat-zat yang bisa menyebabkan ketagihan."
Sebagai gantinya, ia mengaku telah menyajikan ayam bakar, ada pula sayap dan paha ayam yang mengandung tulang. Menu yang tersedia lainnya adalah salad, quinoa, sushi, daging kanguru, dahl, dan pie ayam dengan rasa kari. Dan semua bahan-bahannya pun didapatkan dari petani-petani lokal.
"Saya beli langsung dari petani, tukang daging lokal, dan semua dimasak fresh," ujarnya.
Beras misalnya, ia dapatkan dari petani yang menanam padi sekitar 15 km dari lokasi sekolah. Ia mengatakan anak-anak mengaku kalau rasa berasnya terenak yang pernah mereka coba. Ia juga menggunakan beberapa bahan pangan dan bumbu yang biasa digunakan oleh warga Aborigin untuk memasak.
Josh yang berusia 11 tahun mengatakan meski banyak anak-anak kecewa karena tidak ada lagi es krim, namun ada peningkatan besar dari menu yang disediakan. "Jauh lebih segar dan rasanya lebih enak," ujar Josh. "Lebih banyak sayurannya juga."
Runciman mengatakan tujuan akhirnya nanti adalah menyediakan produk organik yang tidak perlu mengandalkan produk dari luar daerahnya, cukup dari petani di kawasan sekitar sekolah.