REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Selama beberapa dekade, persepsi internasional tentang ramen menunjukkan pada sebuah bentuk makanan yang biasanya dikonsumsi oleh mahasiswa yang malas membuat makanan dalam jumlah banyak dan cepat.
Presepsi itu menempatkan ramen tidak jauh dari varian pizza yang bisa beli dan dihangatkan di microwave. Selain itu, ramen jepang juga terkenal dengan penggunaan bahan yang tidak halal seperti daging babi. Namun tidak perlu khawatir, saat ini beberapa restoran Jepang memberikan akses yang lebih mudah untuk semua kalang bisa menikmati ramen dengan menyajikan ramen halal.
Selain menghindari penggunaan daging babi, ramen halal ini juga memperhatikan bahan-bahan penunjang lainnya, ditambah lagi peralatan yang digunakan untuk penyajian dan juga saat memasak semua standarisasi halal.
Adalah Naritaya di Asakusa, salah satu bagian yang masih menjaga sistem tradisional di Tokyo. Meski demikian, sama seperti restoran ramen pada umumnya, pengunjung yang masuk ke dalan harus membeli tiket makanan di mesin penjual otomatis untuk kemudian diserahkan kepada koki.
Ramen yang ditawarkan pun sesuai dengan harga-harga ramen pada umumnya, berkisar 700 yen atau setara dengan Rp 76 ribu.
Ramen yang dihidangkan pun tidak memiliki perbedaan dengan ramen pada umumnya. Selain mie, kita bisa melihat rumput laut atau nori, daun bawang, tauge, bayam, telur rebus, dan rebung yang disebut Menma di Jepang.
Perbedaan yang paling menonjol dari ramen halal ini bahwa alih-alih chashu, babi diiris tipis yang lazim disertakan dengan ramen, ada strip ayam panggang sebagai penggantinya.
Dilansir dari Rocketnews24, Sabtu (23/5), kaldu yang biasanya dibuat dari lemak babi diganti dengan bonito dan kombu (rumput laut). Rasa yang dihasilkan menyegarkan dan begitu ringan. Sebenarnya, rasa seperti itu sangat mirip dengan apa yang akan ditemukan di beberapa restoran ramen kuno di Tokyo.