Sabtu 09 May 2015 07:01 WIB

Cerdas Memilih Mainan Bagi si Buah Hati

Cerdas dalam memilih mainan anak
Foto: ToyKids
Cerdas dalam memilih mainan anak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jika ditanya mainan apa yang dulu paling Anda sukai, mungkin akan langsung terbayang rubik, si kubus warna-warni. Bagi Anda, kubus ini sangat menggoda untuk diutak-atik menjadi satu bidang warna yang sama.

Bukan hanya Anda yang memiliki ingatan mendalam akan mainan favorit. Mungkin si kecil pun demikian jika ditanya puluhan tahun lagi. Peran penting mainan sudah terbukti dalam suatu penelitian tahun 2005 yang dilakukan oleh Stanford University School of Medicine, California, dan dipublikasikan dalam Nature Neuroscience. Penelitian ini menemukan bahwa mainan yang bisa menstimulasi pikiran anak dapat  mengubah struktur otak dan meningkatkan fungsinya secara permanen jika diberikan sejak dini.

Eric I. Knudsen, PhD, pakar neurobiologi yang juga pimpinan riset tersebut menuturkan bahwa memelajari kemampuan baru di tahap usia yang sangat dini (bayi) akan merangsang neuron di dalam otak untuk terus membangun berbagai koneksi baru yang masih bisa berfungsi sampai dewasa. Ini terutama untuk jenis mainan yang bisa diutak-atik anak.

Beda Usia Beda Kemampuan

Menurut psikolog anak Alzena Masykouri, MPsi, mainan memang sebaiknya bisa memberikan stimulasi optimal. “Untuk usia anak 0-12 bulan, sebaiknya pilih mainan yang fokus pada perkembangan di aspek fisik untuk menstimulasi kemampuan motorik kasar dan motorik halus. Untuk anak berusia 1-2 tahun, pilih mainan yang  fokus perkembangannya ada di aspek bahasa. Sedangkan untuk usia 2-3 tahun di aspek emosi, dan 3-4 tahun di aspek sosial,” kata penasihat Parents Indonesia yang juga pembina Bestariku, Pusat Edukasi Anak dan Keluarga, Bintaro, Tangerang itu.

Ia juga menegaskan mengenai pentingnya membeli mainan yang dipilih berdasarkan usia anak. Idealnya, menurut Alzena, mainan yang dipilih sesuaikan dengan stimulasi perkembangan anak. “Anak usia di bawah 1 tahun akan lebih tertarik dengan mainan yang bisa diraba, disentuh, digenggam, bahkan dilempar. Sedangkan anak usia 3-4 tahun, meskipun masih senang bermain bola, misalnya, tetapi dia lebih tertarik bermain bola bersama teman-temannya.”

Berbagai Aspek

Selain usia, Alzena juga menekankan pentingnya bersikap selektif memilih mainan agar bisa “menyentuh” semua aspek dalam perkembangan anak. Perlu diingat, bila kebutuhannya adalah stimulasi, pertimbangkan aspek perkembangan apa yang ingin distimulasi; misalnya fisik (motorik kasar/halus), kognitif (atensi/bahasa/logika), atau sosial emosi.

“Aspek kognitif berkembang sejalan dengan usia, jadi di setiap tahapan pasti juga ada perkembangan kognitifnya. Walaupun fokus pada aspek tertentu, tapi bukan berarti jika fokus perkembangan ada di aspek fisik maka aspek bahasa tidak usah distimulasi,” tutur psikolog yang juga aktif di Klinik Kancil, Jakarta.

Berbagai mainan yang ditemui di pasaran umumnya juga sudah dibuat berdasarkan kategori Learn, Creativity, Motor. Namun satu mainan bukan hanya menstimulasi satu aspek. Pembuatan kategori ini, menurut Alzena, hanya untuk memudahkan tujuan utama, karena jika dicermati, satu mainan dapat menstimulasi beberapa aspek sekaligus pada anak.

Tiga aspek itulah yang menurut Alzena memang bisa lebih terasah lewat proses bermain, dikutip dari www.parentsindonesia.com.

Learn -> Saat bermain, sebenarnya anak sedang memfasilitasi dirinya untuk belajar. Belajar apapun, misalnya saat dia memegang pensil, lalu dia amati, kemudian dia mencoba untuk menorehkan pensil di kertas, itu sudah merupakan proses belajar. Ibu satu anak ini juga menambahkan bahwa tujuan utama mainan dalam kategori Learn adalah untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak, berupa atensi, logika, bahasa, dengan cara yang menyenangkan.

Jenisnya? Mainan untuk menyamakan bentuk (shape shuffle) masuk dalam kategori ini.

Motor -> Mainan dalam kategori ini menstimulasi kemampuan motorik. Jenis? Sepeda, bola.

Creativity -> Ini biasanya merupakan jenis mainan yang melatih kemampuan imajinasi dan kemampuan berpikir divergen. “Jadi, mainan tersebut dapat dibentuk sesuai dengan imajinasi anak, atau melatih kemampuan berpikir anak agar dapat melihat suatu persoalan dari berbagai kemungkinan,” katanya.

Jenisnya? Balok kayu, puzzle.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement