Sabtu 02 May 2015 07:31 WIB

Cara Bernegosiasi dengan Anak

Ibu dan anaknya.
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Ibu dan anaknya.

REPUBLIKA.CO.ID, Anak perempuan Anda, 5 tahun, terus merengek meminta izin telinganya ditindik. Ia terinspirasi dari teman sebayanya. Sementara Anda beranggapan dia terlalu muda dan menginginkan ia menindik telinganya beberapa tahun lagi. “Tapi itu tidak adil!” dia berteriak bergegas keluar kamar, berhenti sejenak membalikkan badan dan melontarkan tembakan terakhir: “Kamu ibu paling buruk yang pernah ada!”

Ternyata, kemarahan si kecil ini ada hikmahnya. Para pakar mengatakan bahwa dari sisi perkembangan, anak Anda berada dalam jalur yang sesuai dengan usianya. “Anak-anak usia ini sadar bahwa beberapa hal tidak selalu harus sama, dan ini membangkitkan pertanyaan bagi mereka tentang bagaimana dunia ini bekerja,” jelas Rebecca Dingfelder, PhD, seorang psikolog anak di Durham, North Carolina, dikutip dari www.parentsindonesia.com.

Dengan pemikiran itu, bagaimana Anda menjelaskan kepada anak mengapa dia tidak mendapatkan jumlah yang persis sama dengan yang didapatkan temannya, atau bahwa dia memiliki kepandaian, rupa, dan aturan yang berbeda dari orang lain?

Berikut ini cara bernegosiasi dengan anak yang telah disetujui pakar disertai dengan empat bantahan yang umum dilontarkan anak.

“Mengapa aku tidak boleh tidur lebih larut seperti kakak?”

Anak menyamakan makna keadilan dengan kesamaan, maka gunakan kesempatan ini untuk menjelaskan perbedaan. “Katakan kepada anak Anda bahwa jika kakaknya memakai kacamata, Anda tidak ingin membuatnya memakai kacamata juga.” Saran Daniel Hilliker, PhD, psikolog anak dari Mayo Clinic Children’s Center di Rochester, Minnesota.

“Katakan, sebagai orang tua berbuat adil itu berarti memastikan kebutuhan anak-anak Anda terpenuhi, dan anak yang berbeda memunyai kebutuhan yang berbeda pula.” Pada kasus waktu tidur, jelaskan bahwa anak usia 5 tahun perlu lebih banyak tidur dibanding anak usia 8 tahun, dan pastikan lagi pada anak ketika dia berusia 8 tahun nanti, dia bisa tidur lebih larut seperti kakaknya sekarang.

“Mengapa aku tidak sehebat temanku dalam bermain lompat tali?”

Gunakan pertanyaan ini untuk membuat percakapan tentang bagaimana setiap orang berbeda, dan tanyakan kepada anak Anda apa yang membuatnya unik dan yang apa bisa dikerjakannya dengan baik. “Ini adalah pelajaran hebat pertama dalam membangun toleransi,” kata penasihat Parents dan psikolog pendidikan Michele Borba, EdD.

“Ini juga cara yang baik untuk memberikan anak target-target yang bisa dicapai. Katakan, ‘Mungkin gadis-gadis itu pandai bermain lompat tali karena berlatih. Kamu juga mau bisa main lompat tali lebih baik? Kalau begitu, ayo kita latihan di akhir minggu ini!’”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement