Senin 13 Apr 2015 08:36 WIB

Mengungkap Mitos Tidur Bayi (3-Habis)

Bayi tidur
Foto: pixabay
Bayi tidur

REPUBLIKA.CO.ID, Banyaknya mitos yang beredar seputar tidur pada bayi kerap membuat bingung. Sebelum salah kaprah, cek dulu kebenarannya, seperti dikutip dari www.parentsindonesia.com.

Ada banyak faktor pendukung tumbuh kembang bayi yang optimal. Tidak hanya terpenuhi kebutuhan nutrisi dan stimulasi, nyatanya kebutuhan tidur anak pun harus tercukupi dengan baik. Tidur mungkin kerap dipandang sebagai aktivitas kelas dua jika dibandingkan dengan bermain atau aktivitas bergerak lainnya yang lebih aktif. Padahal, pada bayi, tidur merupakan aktivitas utama.

Dr. Rini Sekartini, SpA(K), konsultan anak dari Divisi Tumbuh Kembang Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM menjelaskan bahwa total waktu tidur yang dibutuhkan bayi usia 0-3 bulan mencapai 16-20 jam. Ini berarti 70-80 persen waktu bayi dalam sehari dihabiskan untuk tidur. Bayangkan betapa pentingnya tidur untuk si buah hati ini.

Sayangnya, berdasarkan penelitian yang dilakukan Dr. Rini pada orang tua di lima kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Medan, Palembang, dan Batam) terungkap bahwa 72,2 persen orang tua menganggap masalah tidur pada bayi dan balita hanya merupakan masalah kecil. Ini masih ditambah dengan banyaknya mitos yang simpang siur mengenai tidur bayi yang beredar di masyarakat. Beberapa mungkin bisa dibenarkan karena berdasarkan pada fakta ilmiah, tapi yang lainnya bisa jadi malah menyesatkan. Jangan sampai Anda terjebak mitos dan buah hati tidak tidur dengan “benar”.

Bayi yang selalu atau terbiasa digendong agar tidur, akan sulit untuk kembali tidur  dengan sendirinya

Faktanya: Bayi akan merasa rileks dan mudah tertidur saat perutnya kenyang dan merasa nyaman. Ini yang dirasakannya saat merasakan dekapan hangat ibu dan buaiannya. Namun pada usia empat bulan, kebanyakan bayi mudah belajar untuk tidur sendiri secara teratur dengan jam tidur yang sudah dibiasakan.

Bayi juga memiliki kemampuan untuk tidur kembali dengan sendirinya jika Anda membiasakan untuk tidak tergesa-gesa langsung menggendongnya begitu dia terbangun.

Sekadar tips kecil dari Charles Schaefer, PhD, penulis Winning Bedtime Battles: Getting Your Child to Sleep, setelah menggendong dan sebelum meletakkan bayi di tempat tidur, guncang sedikit tubuhnya agar dia membuka matanya sejenak. Ini akan membuatnya “terbiasa” kembali tidur dengan sendirinya.

Kualitas lebih penting daripada kuantitas  

Faktanya: Menurut Dr. Andreas A. Prasadja, RPSGT (registered polysomnographic technologist), sleep technologist dari Sleep Disorder Clinic, Rumah Sakit Mitra Kemayoran, Jakarta, “Pernyataan bahwa kualitas tidur jauh lebih penting daripada kuantitas sebenarnya menyesatkan karena keduanya dibutuhkan bayi.”

Kuantitas penting karena bayi berusia 0-12 bulan membutuhkan tidur selama 16-20 jam, sementara bayi 3-12 bulan membutuhkan waktu tidur 14-15 jam untuk bisa dikatakan benar-benar optimal dan bayi bangun dalam keadaan segar. Bayi yang bangun dalam keadaan segar akan memiliki kemungkinan besar mendapatkan tidur yang berkualitas, karena tidurnya tidak terganggu seperti jika sedang sakit.

“Otak berkembang paling baik justru di saat bayi atau anak memasuki tahap tidur dalam yang hanya tercapai jika kualitas tidur anak baik,” tutur Dr. Andreas. Jadi kuantitas dan kualitas sama pentingnya.

Agar lebih nyenyak, sebaiknya bayi atau anak ditidurkan di kamar yang gelap

Faktanya: Mungkin lebih tepatnya, agar bayi lebih cepat tidur. Kamar yang gelap memang memiliki hubungan dengan produksi hormon melatonin saat seseorang bersiap untuk tidur. “Hormon melatonin adalah hormon yang dihasilkan kelenjar pineal di otak dan berperan besar dalam siklus sirkadian atau pola tidur, karena hormon ini berfungsi menyebabkan kantuk,” jelas Dr. Andreas.

Ia pun menambahkan, “Hormon ini biasanya diproduksi dalam gelap. Sementara dalam keadaan terang, produksi hormon ini lebih lambat.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement