Senin 23 Mar 2015 09:01 WIB

Pemenuhan Gizi Bagi Anak Indonesia Masih Kurang

Diskusi Nutritalk bertema ‘Sinergi Pengetahuan Lokal dan Keahlian Global bagi Perbaikan Gizi Anak Bangsa’
Diskusi Nutritalk bertema ‘Sinergi Pengetahuan Lokal dan Keahlian Global bagi Perbaikan Gizi Anak Bangsa’

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemenuhan gizi bagi anak di masa awal atau seribu hari pertama adalah periode yang penting bagi anak. Pada periode ini terjadi pertumbuhan fisik dan penambahan masa otak. Selain itu juga terjadi pengembangan signifikan kemampuan kognitif, tulang, imunitas, sistem pencernaan dan organ-orang metabolisme. 

"Jadi selain masalah kebersihan dan keluarga berencana, kontributor utama bagi perubahan pertumbuhan generasi yang positif ini adalah peningkatan gizi dan kesehatan anak," ujar Dr Martine Alles, Direktur Developmental Physiology & Nutrition Danone Nutricia Early Life Nutrition Belanda. 

Hal itu dikemukakan Alles dalam diskusi Nutritalk bertema ‘Sinergi Pengetahuan Lokal dan Keahlian Global bagi Perbaikan Gizi Anak Bangsa’ beberapa waktu lalu. 

Dalam catatannya, Belanda mengalami perubahan pertumbuhan generasi yang positif sejak 1858, yang dicerminkan dari peningkatan rata-rata tinggi badan dari sekitar 163 cm pada awal abad sembilan belas sampai dengan sekitar 184 cm pada akhir abad dua puluh. 

Selain tinggi badan, Belanda juga mengalami peningkatan berat badan lahir. Pada 1989 – 1991 rata-rata berat badan lahir adalah 3370 gram, sedangkan pada 2004 – 2006 berat badan lahir meningkat menjadi 3430 gram. Hal tersebut, kata Alles, karena pemenuhan gizi pada awal periode penting anak tersebut. 

"Kualitas pertumbuhan yang dialami pada periode ini akan mempengaruhi kesehatan mereka di masa depan. Bangsa Belanda telah membuktikan pengaruh kuat gizi terhadap kualitas pertumbuhan di awal kehidupan," kata dia. 

Meski pemenuhan gizi adalah hal penting, namun di Indonesia faktanya hal tersebut masih menjadi hal yang memprihatinkan. Terlihat dari jumlah balita bertumbuh pendek (stunting) akibat kekurangan gizi di Indonesia masih tinggi, yang mencapai 37,2 persen atau 8,8 juta balita Indonesia pada 2013.

“Pemenuhan gizi seimbang terutama bagi calon ibu hamil, Bumil, Busui dan Balita terus diperlukan. Terutama difokuskan pada zat gizi yang masih defisiensi seperti protein, asam lemak esensial, zat besi, kalsium, yodium, zink, vit A, vit D dan asam folat,” ujarnya.

Sementara Arif Mujahidin, Head of Corporate Affairs Sarihusada mengatakan, pihaknya sengaja menggelar diskusi ini untuk menyebarkan pengetahuan gizi kepada masyarakat luas, sekaligus mendukung upaya perbaikan gizi yang dilakukan pemerintah melalui peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi ibu-anak. 

“Kami berharap apa yang disampaikan dalam Nutritalk kali ini dapat digunakan sebagai masukan dan referensi bagi pengembangan solusi perbaikan gizi untuk membangun generasi bangsa Indonesia yang semakin berkualitas,” tutup Arif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement