Selasa 25 Mar 2025 17:07 WIB

Nutrisi Tepat, TBC 'Minggat', Ini Kunci Pemulihan Pasien Menurut Dokter

Pelayanan gizi sebaiknya dilakukan awal sejak ditegakkan diagnosis TBC.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
TBC (ilustrasi). Pemberian asupan nutrisi yang tepat dinilai dapat membantu memperbaiki gizi selama masa penyembuhan tubercolosis atau TBC.
Foto: Republika
TBC (ilustrasi). Pemberian asupan nutrisi yang tepat dinilai dapat membantu memperbaiki gizi selama masa penyembuhan tubercolosis atau TBC.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemberian asupan nutrisi yang tepat dinilai dapat membantu memperbaiki gizi selama masa penyembuhan tubercolosis atau TBC. Dokter spesialis gizi klinis Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan dr Krisnugra Ramdhani Rasyi M Gizi mengatakan pada pasien TBC yang sudah mendapatkan terapi obat, biasanya merasakan efek samping seperti mual atau tidak nafsu makan.

Hal ini menyebabkan asupan makannya berkurang sehingga asupan gizinya tidak optimal. “Asesmen gizi dan pemberian konsulen gizi secara berkala, dan kita melakukan terapi gizi, pemberian nutrisi yang tepat, itu salah satunya juga dapat memengaruhi morbiditas dan mortalitasnya,” kata dr Krisnugra dalam webinar yang diikuti secara daring, Selasa (25/3/2024).

Baca Juga

Infeksi tuberkolosis juga menyebabkan peningkatan kebutuhan energi untuk penyembuhan maupun meningkatkan berat badan apabila sudah masuk kondisi malnutrisi, sehingga imun tubuh juga akan ikut meningkat. Kris mengatakan pelayanan gizi sebaiknya dilakukan awal sejak ditegakkan diagnosis TBC karena pemberian prinsip diet setiap pasien berbeda tergantung kondisi klinis yang didapatkan pada setiap pasien.

“Kalau yang mudahnya menggunakan Rule of Thumb, yaitu sekitar 35-40 kilokalori per kilogram berat badan, untuk protein bisa sampai 15-30 persen dari total kalori, atau bisa sampai 1,2-1,5 gram per kilogram berat badan, kemudian lemaknya di 25-35 persen dari total kalori yang kita berikan, kemudian karbohidrat 45-65 persen, dan seratnya 25 gram per hari,” kata Kris.

Ia mengatakan, dari segi makronutrien, karbohidrat merupakan kebutuhan yang paling utama karena sumber energi untuk sel-sel berperan dalam sistem imun, memberikan rasa manis dan penghemat protein untuk dibakar menjadi energi. Pilihannya selain nasi juga bisa diberikan ubi, singkong atau talas. Untuk protein, Kris mengatakan harus dibutuhkan dari luar untuk membentuk asam amino esensial pembentuk sistem imun, dan untuk mempertahankan masa otot bagi penderita TBC. Protein bisa didapatkan dari hewani seperti telur yang memiliki nilai biologis yang baik untuk pembentukan sistem imun dan mudah diserap tubuh.

Selain itu ada lemak untuk mengangkut vitamin, dan lemak tidak jenuh seperti omega-9 untuk mencegah peradangan pada penyakit kronik, dan perlunya pemenuhan vitamin dan mineral. “Pada penderita TB itu biasanya turun, seperti vitamin A, vitamin D, vitamin E, terus kemudian mineral-mineral seperti besi, seng, dan selenium itu di berbagai penelitian turun pada penderita TB. Namun dikatakan bahwa setelah pemberian obat, terutama pada fase intensif 2 bulan pertama itu, vitamin dan mineral itu dapat kembali menjadi normal,” kata Kris.

Kris memberikan tips jika pasien TBC mengalami anoreksia dan tidak nafsu makan, ia menyarankan untuk memberikan makanan favorit, atau diberikan dengan porsi kecil tapi sering. Bisa juga diberikan densitas kalori yang tinggi misalnya pemberian susu tinggi kalori, makanan yang dikentalkan dan hindari makanan beraroma menyengat.

Hindari juga makanan yang digoreng atau banyak minyak, berikan makanan berkuah hangat dan makanan lunak karena efek obat bisa membuat pasien mual atau muntah. “Kita juga berikan tetap porsi kecil dan sering, bahkan mungkin kita bisa berikan 2-3 jam. Kemudian hindari berbaring setelah makan, paling minimal 20 menit. Kemudian hindari aroma makan yang memicu mual, seperti berminyak atau santan, pada saat tidak mual kalau bisa mengonsumsi makanan yang lebih banyak, tetap berikan motivasi,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement