Kamis 19 Mar 2015 07:33 WIB

Mom, Ajarkan Anak Berkomunikasi dengan Orang Dewasa

Anak berbincang dengan orang dewasa (ilustrasi)
Anak berbincang dengan orang dewasa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia yang sempurna, anak-anak akan mengobrol ramah dengan teman-teman dan kolega orang tua, atau paling tidak melakukan kontak mata dengan Bapak Smith saat dia bertanya: “Jadi Antonia, kamu sekarang kelas berapa?”

Namun berinteraksi dengan orang dewasa bisa menjadi hal tidak nyaman, terutama bagi anak usia 6-8 tahun. Anak-anak di usia ini cukup besar untuk sadar diri dan kritis pada dirinya sendiri, tapi masih terlalu kecil untuk benar-benar tahu apa yang sebenarnya diinginkan orang dewasa dari mereka.

Tidak diragukan lagi bahwa ada ganjaran sosial, emosional, bahkan pendidikan yang besar bagi anak yang tahu cara berkomunikasi dengan mudah dan merasa nyaman dengan orang dewasa. Kini adalah waktu yang tepat untuk membantu si kecil mengembangkan kemampuan ini dengan mengarahkan langsung semua perlakuan yang menurut orang dewasa manis atau mengganggu.

Dikutip dari www.parentsindonesia.com berikut penjelasannya.

Menyapa sepenuh hati

Bertemu orang dewasa bisa menjadi intimidatif bagi anak, karena lebih besar, dan juga memiliki kekuasaan untuk memaksa mereka memakan brokoli. Namun Anda bisa sedikit menyingkirkan keanehan tersebut. Misalnya, kini anak sudah cukup besar untuk mengenalkan dirinya sendiri dengan senyum, membuat kontak mata, dan bersuara saat memberi salam, bahkan menjabat tangan, kata Dianne Marsch, direktur Etiquette School of Manhattan, yang memiliki kelas untuk anak-anak dan orang dewasa. Untuk membantu anak menjadi lebih nyaman dengan perkenalan macam ini, latih dia terlebih dulu dengan menyalami Anda. Lalu dengan orang dewasa lainnya dalam keluarga, seperti nenek dan kakek. Jika dia malu membuat kontak mata, katakan agar dia melihat ke hidung lawan bicaranya saja. Ini adalah cara terbaik. Jelaskan jika dia hanya mengangkat tangan lalu kembali asik dengan mainannya, maka orang dewasa bisa mengartikan itu sebagai sikap yang tidak sopan, meskipun si anak tidak bermaksud demikian.

Berbicara dengan figur otoritas

Terlepas seberapa suka anak terhadap gurunya, dia mungkin masih ragu-ragu bertanya atau meminta penjelasan tentang tugas sekolahnya. “Anak di usia ini bisa merasakan bahwa mereka tidak seharusnya bicara pada orang dewasa yang memiliki otoritas, seperti guru atau pelatih, atau mungkin mereka hanya merasa sedikit malu,” jelas penasihat ParentsMichele Borba, Ed.D, penulis Twelve Simple Secrets Real Moms Know: Getting Back to Basics and Raising Happy Kids. Misalnya, jika putra Anda membawa pulang soal-soal matematika karena dia terlalu takut bertanya kepada gurunya untuk meminta penjelasan, jangan buru-buru melayangkan surat menanyakan nilai Henry yang sangat buruk. Sebaliknya, semangati dia untuk bertanya kepada gurunya. Latih apa yang seharusnya dikatakan dan ingatkan untuk mengikuti aturan sopan santun yang sederhana, misalnya jangan menginterupsi guru saat sedang bicara atau sibuk, dan selalu ucapkan terima kasih karena telah dibantu.

Bermain sebutan nama

Bagaimana anak memanggil orang dewasa (Bu, Pak, Tante, Om) seringkali hanya berdasarkan sebutan yang disukainya, sebagaimana Anda ingin dipanggil. Di Amerika Serikat, sebagian keluarga tidak akan membiarkan anak mereka memanggil tetangga dengan menyebut nama saja, sedangkan yang lainnya berpikir sebutan Pak dan Bu terdengar kuno. Jika Anda lebih menyukai anak-anak memanggil seseorang dengan nama keluarganya, berbeda dengan yang diinginkan orang tersebut, ajari dia untuk merespons dengan manis, “Terima kasih, tapi orang tuaku memintaku untuk memanggil Anda: Ibu Wolfe.”

Menjadi sangat sopan

Jika si kecil ingin menjadi anak yang selalu diundang kembali, dia harus melakukan hal-hal yang lebih dari sekadar sopan santun, seperti mengucapkan “tolong” dan “terima kasih”. Misalnya, saat makan malam di rumah teman, ingatkan dia untuk menawarkan bantuannya menata dan membereskan meja makan. Dia akan mendapat nilai tambah dengan merapikan mainan sebelum pulang, seperti juga saat mengucapkan terima kasih kepada orang tua temannya. Didikan perilaku yang mudah ini akan sangat meningkatkan ketertarikan anak dengan orang dewasa.

Belajar umpan balik

Untuk membantu anak agar bisa mengobrol lebih baik, berikan dia beberapa trik umpan balik. Misalnya, dorong dia untuk berpikir serba tiga. Ajari anak untuk menjawab pertanyaan dengan mengatakan kepada orang dewasa tiga hal tentang suatu subyek. Misalnya, jika ditanya, “Kamu suka main bola?” anak bisa menjawab, “Ya, aku penyerang. Nama timku Orange Crush. Kita akan bermain di playoff.” Tapi, ingatkan dia agar tidak menjawab pertanyaan dengan nada robot. Cara lain melanjutkan pembicaraan adalah dengan menggunakan kata ‘karena’, dia akan memperpanjang pembicaraan dengan sendirinya. Anak yang menjawab pertanyaan seputar bola misalnya, akan berkata, “Aku suka bermain bola karena bisa berlari dan menendang bola. Seru karena setelahnya badan pasti kotor.” Lalu katakan kepada anak bahwa bertanya kepada orang dewasa juga ide yang bagus. Pastikan dia tahu bahwa tidak hanya orang dewasa yang boleh serba ingin tahu. Dengan memutar posisi dan bertanya, “Apakah waktu kecil Bapak juga bermain sepakbola?”, anak akan terlibat aktif dalam percakapan sambil menunjukkan ketertarikan pada orang lain, kemampuan sosial yang bagus dimiliki semua orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement