Rabu 04 Mar 2015 09:02 WIB

Rahasia Pernikahan Langgeng

Pasangan suami istri/ilustrasi
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pasangan suami istri/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Hampir 50 persen pernikahan berakhir dengan perceraian. Namun angka tersebut sebenarnya lebih rendah.

Menurut Center for Disease Control's National Center for Health Statistics di Atlanta, empat dari 10 pasangan kemungkinan bercerai sebelum usia 40 tahun. Dan meskipun angka itu telah turun selama 30 tahun terakhir, para ahli sepakat bahwa angka itu masih terlalu tinggi.

"Kami telah berusaha menyelamakan pernikahan yang berpotensi bertahan lebih lama," kata Stephanie Coontz, penasihat pernikahan dari Council on Contemporary Families di New York City dan penulis The Way We Really Are: Coming to Terms With America's Changing Families, dikutip dari www.parentsindonesia.com.

Sebuah percakapan dengan Coontz—yang kini sedang menulis buku baru, The History of Marriage—menghasilkan beberapa wawasan menarik tentang bagaimana kita, sebagai pasangan dan sebagai masyarakat, bisa mempertahankan pernikahan.

Jadilah fleksibel

Meskipun laki-laki telah menyesuaikan diri dengan kenyataan bahwa wanita mengharapkan pria untuk membantu mengurus rumah dan mengurus anak-anak, namun perempuan harus lebih siap membagi pekerjaan mereka, kata Coontz . Perempuan, menurut laki-laki, harus menghindari memberikan masukan yang berpotensi menjadi pesan yang kontradiktif.

"Anda tidak bisa bersikap, Anda ingin suami membantu membereskan rumah namun kemudian bilang kepadanya bahwa apa yang dia lakukan salah," katanya. Menurut penelitian ketika laki-laki terlibat mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak kepuasan wanita terhadap pernikahan meningkat dan kepuasan suami tidak berkurang.

Jangan percaya bahwa peran gender tradisional akan mengurangi stres

Ambil contoh umum, di mana pasangan yang memiliki bayi, akan memutuskan istri berhenti kerja untuk tinggal di rumah dan merawat anak, sementara suami bekerja keras untuk membuat peningkatan finansial.  Hal ini memiliki manfaat yang jelas, tetapi ada kekurangannya, wanita akan menghadapi kerugian besar karena tidak berpartisipasi di luar dunianya, kata Coontz.

"Untuk pria, dia akan kehilang waktu yang diharapkan bersama anaknya . Perempuan juga akan berpikir mengapa pasangannya tidak sensitif terhadap situasi yang dihadapinya, dan berpikir pasangannya tidak menghargai usahanya. Masing-masing pasangan akan merasa mereka ditipu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement