Kamis 26 Feb 2015 16:23 WIB

Konektivitas Penerbangan Menjadi Kendala Pariwisata NTB

Ilustrasi penerbangan
Ilustrasi penerbangan

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK -- Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Nusa Tenggara Barat H Lalu Mohammad Faozal mengatakan pengembangan pariwisata di daerah ini masih dihadapkan pada kendala konektivitas penerbangan khususnya ke luar negeri yang masih kurang.

"Penerbangan dari luar negeri baru dilayani dua maskapai penerbangan, yakni Air Asia dari Kuala Lumpur, Malaysia, dan Silk Air dari Singapura," katanya pada acara penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan Perseroan Terbatas (PT) XL Axiata Tbk, terkait promosi pariwisata dan produk kerajinan, di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu (25/2).

Demikian juga dengan konektivitas penerbangan Garuda dari Denpasar masih dirasa kurang karena hanya dua kali sehari.

"Penerbangan memang masih menjadi masalah kami untuk mengembangkan pariwisata NTB," ujarnya.

Meskipun demikian, pihaknya tetap berupaya untuk menggarap pasar wisatawan mancanegara, seperti Australia. Hal itu dilakukan karena melihat jumlah kursi penerbangan dari Negeri Kanguru itu ke Bali mencapai 700 hingga 800 kursi per hari.

Disbudpar NTB juga sedang menggarap potensi wisatawan dari negara-negara di kawasan Asia, seperti Hong Kong, Taiwan dan Tiongkok.

Upaya menarik minat wisatawan berkunjung ke NTB, dilakukan dengan mempromosikan obyek wisata unggulan, kekayaan budaya dan berbagai produk kerajinan yang menjadi daya tarik minat wisatawan.

"Kami terus mencari pasar potensial, untuk itu harapan kami melalui kerja sama dengan PT XL Axiata, pariwisata NTB bisa dipromosikan agar bisa sejajar dengan destinasi wisata lainnya di Indonesia," katanya.

Pada kesempatan itu, Faozal juga mempromosikan peringatan 200 tahun meletusnya Gunung Tambora, di Kabupaten Dompu dan Bima, Pulau Sumbawa, yang akan diperingati pada April 2015 dengan tema "Tambora Menyapa Dunia".

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement