REPUBLIKA.CO.ID, Keberadaan bapak rumah tangga tampaknya kini makin jamak. Harian terkemuka di Inggris, Telegraph, melansir berita bahwa jumlah pria Inggris yang tinggal di rumah untuk merawat anak-anak meningkat sepuluh kali lipat dalam satu dekade terakhir.
Sekitar 6 persen ayah atau setara dengan 600 ribu pria kini menganggap dirinya sebagai penjaga anak. Di Korea Selatan, fenomena yang sama juga terjadi. Data yang ditunjukkan oleh Biro Statistik Korea Selatan mencatat jumlah ayah yang sepenuhnya tinggal di rumah telah menanjak selama lima tahun terakhir.
Menurut Henny E. Wirawan, MHum, Psi, psikolog dari Universitas Tarumanegara, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pasangan suami-istri agar paradigma ibu bekerja dan bapak rumah tangga tidak menuai konflik, seperti dikutip dari www.parentsindonesia.com.
Mulai pemahaman dari dalam diri
Norma tradisional masyarakat menempatkan wanita yang bertanggung jawab terhadap urusan pengasuhan anak dan dapur. Sementara pria berperan sebagai pencari nafkah dan tulang punggung keluarga. Ketika Anda dan suami memutuskan untuk mengubah pola tersebut, tiap individu perlu punya keberanian untuk keluar dari pakem lawas, mau bekerja sama, dan saling memberi pengertian.
Hilangkan pemikiran bahwa tinggal di rumah sama dengan tidak bekerja
Jangan pernah menganggap remeh pekerjaan rumah tangga yang bernilai tinggi. Tidak ada yang salah dengan menjadi bapak rumah tangga.
Kebijakan penting
Membiarkan suami membuat keputusan penting dalam rumah tangga merupakan tindakan yang bijak sehingga suami tetap menjalankan fungsinya sebagai kepala rumah tangga.
Mengabaikan nada Sumbang
Karier istri yang lebih cemerlang dibandingkan suami mungkin menimbulkan suara sumbang dari lingkungan. Akan lebih baik jika pasangan suami-istri berpikir kembali bahwa semua kerja keras yang dilakukan adalah demi kepentingan rumah tangga, terutama kepentingan anak. Abaikan nada sumbang yang menganggap apa yang Anda jalani bertentangan dengan tradisi.