REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merasa optimis eksekusi mati terhadap Bali Nine tidak berpengaruh banyak terhadap jumlah wisatawan, khususnya dari Australia.
Hal yang memengaruhi justru adanya larangan dari Australia ke Bali. Demikian diungkapkan Ketua PHRI DIY, Istijab Danunagoro kepada wartawan di Yogyakarta, Selasa (17/2). Eksekusi mati terhadap dua terhukum Bali Nine sempat memunculkan protes dari Australia dan akan ada boikot terhadap Indonesia.
"Selama pemerintah Australia tidak melarang warganya untuk berwisata ke Bali maka pengaruh menurunnya wisatawan dari Australia ke Bali tidak akan banyak," kata Istijab Danunagoro.
Dijelaskan Istijab, wisatawan mancanegara terbanyak yang berkunjung ke Bali berasal dari Australia. Tetapi wisatawan Australia itu sudah cerdas dalam menyikapi kebijakan yang dilakukan negaranya jika memang ada larangan berwisata ke Bali.
"Kan tidak semua warga Australia menolak hukuman mati karena mereka mengetahui Indonesia punya hukum sendiri dan punya kedaulatan dalam penegakan hukum apalagi kasus narkoba," katanya.
Sedang bagi Yogyakarta, jika ada larangan wisatawan Australia datang ke Indonesia termasuk Yogyakarta, tidak banyak dampaknya. Sebab wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Yogyakarta sebagian besar berasal dari kawasan ASEAN.
"Kalau untuk Yogyakarta dampaknya cukup kecil meski pemerintah Australia melarang warganya datang ke Indonesia untuk berwisata," ujarnya.
PHRI mendukung langkah pemerintah menindak tegas kepada pelaku atau bandar narkoba yang jelas akan merusak generasi bangsa. Di sisi lain sektor wisata akan terkotori dengan tindakan wisatawan yang datang ke Indonesia sambil berjualan narkoba.
"Indonesia punya kedaulatan dan harus ditegakkan sesuai dengan UU yang ada di Indonesia," katanya.