Sabtu 14 Feb 2015 17:41 WIB

Banyak Bahan, Erwin Arnada Justru Makin Sulit Rumuskan Film Hatta

Rep: C70/ Red: Indira Rezkisari
Bung Hatta
Foto: [ist]
Bung Hatta

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG – Proses panjang riset dan pengumpulan data mengenai sosok mantan Wakil Presiden Pertama RI, Muhammad Hatta akan segera diwujudkan dalam film Bung Hatta.

Produser sekaligus sutradara film, Erwin Arnada menjelaskan, tim film Bung Hatta telah melakukan riset pustaka sejak Februari 2013. Lebih dari 70 buku dikumpulkan untuk mendukung data-data tentang sosok Hatta.

“Sebenarnya kalau kesulitan, Hatta itu orang yang suka menulis, semua hal ditulis. Dan itu memusingkan, sayang kalau dibuang,” kata Erwin dalam diskusi terbuka bersama keluarga besar Universitas Bung Hatta (UBH), Sumatera Barat, Sabtu (14/2).

Ia menjelaskan, kesulitan yang dihadapi tim film Bung Hatta bukan pada pengumpulan data-data. Namun, lebih kepada menyeleksi cerita dan data yang sudah terkumpul. Karena, kata dia, tidak semua cerita dapat dimasukkan dalam film berdurasi 120 menit tersebut.

Ia mengatakan, untuk benar-benar bisa merasakan sosok Hatta, ia datang langsung ke Belanda. Tempat di mana Hatta menempuh pendidikan, menghabiskan masa mudanya, dan mendekam dibalik jeruji.

“Sampai saya (bisa) mendapatkan buku yang ditulis Hatta, yang menjadi pledoinya saat dipenjara,” ujar Erwin. Ia melanjutkan, dalam buku yang sudah ada sejak 1928, menunjukkan bagaimana tekad Hatta dalam memerdekakan Indonesia.

Selain itu, katanya, Erwin kerap berkunjung di kediaman keluarga-keluarga Hatta. Ia juga kerap mengajak diskusi sejumlah sejarawan mengenai sosok Hatta. Dari diskusi tersebut, ia mengaku semakin termotivasi untuk menghadirkan kembali Hatta.

“Membuat Hatta kembali bicara tentang apa yang dia perjuangkan selama ini. Saya merasakan spiritnya di sini (di Sumatera Barat),” tuturnya.

Ia menambahkan, selama berada di Belanda, banyak sekali cerita yang ia dapat. Mulai dari, bagaimana ruang penjaranya, posisi penjaranya dan sebagainya. Termasuk, bagaimana perbedaan pemberitaan di Belanda dan Indonesia.

“Koran Belanda menuliskannya beda dan itu menarik. Jadi prespektif dari orang-orang Belanda itu harus kita pertimbangkan juga untuk menjadi bahan (film Bung Hatta),” kata Erwin menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement